Liputan6.com, Jakarta Tindak kriminal di angkot kembali terjadi. Sopir angkot mencabuli penumpangnya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun sudah tahu ada peristiwa itu. Kalau terus terjadi, dia bahkan berniat menghapus keberadaan angkot di Jakarta.
"Makanya jangan pernah ada lagi angkot, semua bus 24 jam," tegas Ahok di Monas, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2015).
Rencana itu baru dilaksanakan setelah bus-bus untuk melayani masyarakat Jakarta sudah cukup. Dia yakin, tidak perlu lagi ada angkot kalau pelayanan bus sudah baik.
"Kan saya bilang, kalau bus cukup, nggak mungkin orang naik angkot. Angkot yang gelap, sopir tembak, nggak ada lagi. Karena kita akan memberlakukan rupiah per kilometer," ujar Ahok.
Setiap kali naik bus di Jakarta, warga hanya dikenakan Rp 3.500. Padahal harga seharusnya Rp 6.000-Rp 7.000 sekali naik. Tapi kalau sebagian besar bus di Jakarta sudah menggunakan sistem rupiah per kilometer, warga hanya membayar Rp 7.000 untuk seluruh bus.
"Kalau sudah begitu, kita murah, mau enggak kamu naik angkot yang serem lebih mahal. Nah itu yang ingin kita tawarkan. Kita sistem e-ticketing, misalnya orangtua gratis, TNI-Polri pakai seragam gratis, kita akan bikin program seperti itu," pungkas Ahok.
Seorang penumpang wanita dicabuli di dalam angkot di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Sabtu 20 Juni dini hari. Korban diancam dengan kunci roda dan pisau meski melawan. Korban kemudian diturunkan di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Korban segera melapor ke polisi. Pria berinisial DAS dilacak dan ditangkap polisi. DAS dijerat dengan pasal 285 KUHP dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara. (Sss/Yus)