Hampir Punah, Badak Bercula Satu Tinggal 57 Ekor

Data terbaru menyebut, pada 2014 terpantau ada 4 badak bercula satu yang mati.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 07 Jul 2015, 15:52 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2015, 15:52 WIB
Seekor badak mati dibunuh di Reservasi Alam Krugersdrop luar Johannesburg, Rabu (14/7). Ledakan permintaan dari pasar orang kaya Asia meningkatkan perburuan cula badak di Afsel tahun ini. (Antara)

Liputan6.com, Serang - Keberadaan badak Jawa atau badak bercula satu yang sudah terancam punah kini makin mengkhawatirkan. Populasi badak yang hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten itu terus berkurang.

Data terbaru menyebut, pada 2014 terpantau ada 4 badak yang mati. Diperkirakan hanya ada 57 ekor badak jawa saja yang tersisa pada 2014.

"Terekam sebelumnya tahun 2011-2013 ada 60 individu. Pada 2014, ditemukan 4 badak mati. Total minimum 57 individu untuk 2014," kata Kepala TNUK Banten, Mochamad Haryono, saat menyampaikan perkembangan badak bercula satu di Pendopo Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, Banten, Selasa (7/7/2015).

"Kenapa kita memakai total minimum? Karena kita menduga masih ada badak yang tidak terekam dengan jangkauan kamera kami," imbuh dia.

Sepanjang 2011-2013, TNUK Banten telah memiliki album foto dan video dari setiap badak bercula satu. Dokumentasi itu diambil melalui kamera yang dipasang di tengah hutan.

Kamera yang berjumlah 100 buah tersebut mampu mengambil gambar selama 10 bulan berturut-turut. Lewat kamera itulah perkembangan hewan yang dilindungi lewat PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Satwa Langka tersebut dipantau.

Monitoring menggunakan kamera ini dilakukan sejak 2010. Sementara dari rentang waktu 1967-2009 monitoring masih menggunakan cara manual. Yakni dengan cara menghitung jejak kaki badak yang terlihat di tanah.

"Kita bagi ada 4 tim pengawas. Setiap tim 1 orang TNUK dan 7 masyarakat. PNS-nya hanya 115," ujar dia.

Suka di Pantai

Data yang diperoleh melalui kamera tersebut kemudian diolah berdasarkan ada atau tidaknya cula badak. Lalu dikelompokkan lagi berdasarkan usia dewasa. Jika badak tersebut terpantau bersama induknya berarti badak itu masih anak-anak.

Sebaliknya, ketika terpantau sendirian berarti badak itu telah menginjak remaja atau dewasa.

Selain itu badak-badak ini juga dikelompokkan berdasarkan warna kulit. Ada yang abu-abu dan berwarna gelap. Lalu dikelompokkan lagi berdasarkan kerutan mata, kerutan wajah, lipatan leher, ekor, dan telinganya.

"Membedakan badak hampir sama dengan membedakan sidik jari manusia. Posisi telinga setiap badak berbeda-beda," jelas dia.

Sepanjang monitoring tahun 2014, pihak TNUK berhasil mengabadikan 12.016 gambar. Terdiri dari 570 gambar badak, 6.531 satwa lain di luar badak, dan 4.915 nonsatwa seperti pohon.

Berdasarkan data tersebut, gambar badak terbanyak diambil pada bulan September-November. Yakni di kisaran pukul 18.00-20.00 WIB. Sedangkan, yang paling sedikit terambil gambarnya pada sekitaran pukul 12.00-14.00 WIB.

"Badak lebih banyak aktif di pantai. Badak sewaktu-waktu butuh untuk menghilangkan kutu di tubuhnya. Macan tutul dan anjing hutan menjadi ancaman bagi anak badak," tandas Haryono.

Sebagai rumah badak, Taman Nasional Ujung Kulon ini berdiri di atas lahan seluas 38 ribu hektare. Dari sekian banyak jenis topografi, daerah yang tak baik untuk kehidupan badak adalah perbukitan lantaran daerahnya yang terjal. (Ndy/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya