Kendala Polri Kejar Kelompok Teroris Santoso

Luas daerah operasi dan kondisi alam menjadi salah satu kendala.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 21 Agu 2015, 14:47 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2015, 14:47 WIB
[Bintang] Tito Karnavian, Kapolda Metro Jaya yang Baru
Densus 88 tangani kerusuhan Poso | Via: hizbut-tahrir.or.id

Liputan6.com, Jakarta - Bagai belut, Santoso dan kawanannya belum juga tertangkap polisi. Sejumlah operasi dilakukan untuk menghentikan langkah jaringan teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) itu. Awal pekan ini, Polri kembali melakukan operasi untuk mengejarnya di Poso, Sulawesi Tengah.

Pencarian itu tidak sia-sia. Mereka menemukan sejumlah orang yang diduga kuat anggota kawanan tersebut. Baku tembak pun tak terelakkan. Peluru tajam dimuntahkan dari senjata Polri maupun kelompok itu.

Dor! Satu anggota kawanan tersebut tertembak. Namun, sebuah nyawa juga terenggut dari Polri. Satu anggota Brimob, AKP Anumerta Bryan Theophani tewas tertembak.

Anggota lainnya kelompok Santoso itu berhasil melarikan diri.

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengakui ada sejumlah kendala dalam setiap operasi pengejaran teroris terutama di daerah pelosok. Luas daerah operasi dan kondisi alam menjadi salah satu kendala.

"Terlalu luas daerahnya. Kemarin saja dilakukan operasi dan latihan TNI, ribuan orang juga yang ikut serta, belum bisa selesaikan persoalan," kata Badrodin di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (21/8/2015).

Selain kondisi alam di lokasi, sambung Badrodin, polisi sulit mengontrol warga sekitar yang masuk ke lokasi operasi.

"Di hutan itu kan (orang) bisa dari mana-mana bisa masuk. Kan orang yang mencari kayu ke hutan kan enggak bisa kita kontrol satu-satu," ucap Badrodin.

"Kalau (daerah operasi) kecil saja cuma 10 hektare sudah bisa kita selesaikan dari dulu. Tetapi kan dari ujung ke ujung itu jaraknya 60 kilometer," jelas mantan Kapolda Jawa Timur itu.

Sebelumnya, AKP Anumerta Bryan Theophani tewas setelah terlibat baku tembak dalam operasi pengejaran jaringan teroris MIT pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

Bryan tertembak pada Rabu 19 Agustus 2015 sekitar pukul 14.30 Wita di Poso. Pada saat itu, Bryan yang memimpin 2 regu Brimob tengah mengevakuasi mayat teroris yang diduga bernama Urwah alias Bado. Namun dalam perjalannya, regu Brimob itu dihadang kelompok teroris pimpinan Santoso.

Alhasil, kontak tembak pun terjadi sekitar pukul 16.45 Wita. Posisi korban saat itu hendak menyeberang sungai dan tertembak di rusuk kanan. (Bob/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya