Kerabat Anggota DPR yang Tertangkap Tangan Sambangi Gedung KPK

Menurut salah seorang kerabat DYL, Iwan Gunawan, kedatangannya cuma ingin memastikan apakah yang ditangkap KPK benar DYL.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 21 Okt 2015, 01:16 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2015, 01:16 WIB
20150822-Gedung-KPK
Gedung KPK (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Kerabat anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Hanura berinisial DYL yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) menyambangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

5 Orang kerabat DYL tersebut tiba di Gedung KPK sekira pukul 00.30 WIB dan keluar pada 00.40 WIB, Rabu (21/10/2015) dini hari.

Menurut salah seorang kerabat DYL, Iwan Gunawan, kedatangannya cuma ingin memastikan apakah yang ditangkap KPK benar DYL. Ia pun memastikan kalau yang ditangkap benar kerabatnya.

"Iya (yang ditangkap DYL)," ucap Iwan singkat di KPK, Rabu dini hari.

Dia juga mengatakan, status DYL sendiri masih belum bisa dipastikan. "Belum dapat info mengenai statusnya, tunggu sampai besok pagi," jelas Iwan.

"Kabar pasti (soal status) DYL besok pagi, kan begitu wewenangnya," imbuh dia.

Iwan pun memastikan dirinya hanyalah kerabat DYL dan tidak ada hubungan darah ataupun partai politik yang sama.

Terkait Suap Proyek

Sebelumnya, KPK kembali melakukan operasi tangkap tangan yang diduga melibatkan anggota DPR.

"Memang benar ada OTT dan telah diamankan sekitar 6-7 orang yang diduga melibatkan anggota DPR," kata Pelaksana Tugas Pimpinan KPK lndriyanto Seno Adji, Jakarta, Selasa malam.

Namun lndriyanto belum dapat menyebutkan identitas atau nama anggota dewan yang ditangkap. "Sekarang dalam proses pemeriksaan sesuai aturan hukum 1x24 jam di KPK," tegas Indriyanto.

Sementara berdasarkan informasi yang dihimpun, anggota dewan tersebut disebut berinisial DYL, yang diduga anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Hanura. DYL diduga masih punya hubungan saudara dengan seorang kepala daerah.

Penangkapan ini diduga terkait kasus suap yang mencapai Rp 1,5 miliar dalam bentuk dolar Amerika. Suap tersebut diduga terkait pemulusan proyek pembangkit listrik di Sulawesi Selatan. (Ado/Mar)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya