Hutan Terbakar dan Tragedi di Gunung

Kebakaran hutan juga melanda beberapa gunung di Pulau Jawa. Mulai dari Lawu, Semeru, Ciremai hingga Rakutak di Kabupaten Bandung.

oleh Anri SyaifulRochmanuddinNadya IsnaeniSunariyahRinaldoMaria FloraEdhie Prayitno IgeDian KurniawanZainul ArifinNanda Perdana PutraRita Ayuningtyas diperbarui 27 Okt 2015, 00:07 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2015, 00:07 WIB
Jendela Dunia
Kebakaran hutan juga melanda beberapa gunung di Pulau Jawa. Mulai dari Lawu, Semeru, Ciremai hingga Rakutak di Kabupaten Bandung. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Karanganyar - Tragedi di Gunung Lawu yang merenggut nyawa 7 pendaki belum sepekan berlalu. Namun kebakaran hutan masih terjadi di gunung berapi yang meliputi 2 provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Berselang 3 hari dari tragedi di Lawu, tepatnya Rabu 21 Oktober 2015, 7 Pendaki dievakuasi oleh kelompok pencinta alam dari Gunung Lawu. Mereka adalah Sujono dan Hadi asal Magelang, Anggoro dan Mbah Bun asal Solo, Siswanto asal Purwodadi, Hanung asal Boyolali, dan Agustinus asal Wonogiri.

Mereka dievakuasi di areal pintu masuk pendakian yang aman dari gangguan api, yaitu daerah Candi Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Para pendaki yang sudah berada di puncak Gunung Lawu antara 6-10 hari ini diketahui sedang melakukan ritual untuk mencari ketenangan dan keselamatan.

Kesibukan tim SAR mencari pendaki Gunung Lawu (Edhie Prayitno Ige/Liputan6.com)

"Kemungkinan 10 hari di atas. Saya sendiri jadi tak menyalakan api. Situasinya ada orang mati kebakar, ya udah cuma itu tok," kata Hanung pendaki asal Boyolali, Jawa Tengah, seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis 22 Oktober 2015.

Dia juga menceritakan kebakaran hutan yang terjadi di gunung tersebut. "Wah, terbakarnya ngeri pak, hampir semua wilayah gunung itu kebakar semua. Hampir enggak ada sisanya," tambah Hanung.

Sementara, masih ada 13 pendaki yang bertahan di atas Gunung Lawu. Termasuk 3 pemilik warung dan 2 balitanya yang masih menunggu situasi aman. Informasi dari Perhutani menyebutkan kobaran api di pos 3 dan 4 di atas Cemoro Sewu Plaosan Magetan sudah padam.

Namun, api mulai berjalan ke arah barat menuju Karanganyar, Jawa Tengah melalui punggung gunung bagian utara sehingga membahayakan bagi evakuasi di wilayah utara gunung.

Tim SAR Siaga

Tim SAR gabungan Jawa Tengah dan Jawa Timur pun disiagakan di sepanjang jalur rambatan api agar tidak mendekati daerah permukiman di kawasan Cemoro Sewu, Plaosan, Kabupaten Magetan.

Menurut Komandan SAR Karanganyar, M Abdullah yang mewakili Badan SAR Nasional Semarang, tim SAR gabungan terus melakukan pemadaman kebakaran hutan di Lawu dan berhasil menahan rembetan api masuk ke daerah hunian di Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.

Abdullah mengatakan, sekitar 8 mobil pemadam kebakaran asal Karanganyar, Jawa Tengah dan Magetan, Jawa Timur berusaha melakukan pemadaman di kawasan punggung bukit sejak pukul 14.00 WIB hingga Minggu 25 Oktober 2015 malam.

Tim gabungan yang terdiri komunitas Anak Gunung Lawu, SAR, Basarnas, anggota TNI, dan Polri baik dari Karanganyar dan Magetan telah dikerahkan untuk memadamkan api yang jaraknya sudah sekitar 100 meter dari permukiman.

Tagar #TragediLawu menjadi tempat curahan hati para sahabat korban kebakaran Gunung Lawu.

"Sukarelawan disiagakan di sepanjang alur rambatan api yang sudah merembet di kawasan belakang rumah penduduk di Cemoro Sewu dan kini mulai merambat ke Cemoro Kandang," ucap bdullah, seperti dilansir Antaranews.com.

Namun, api yang membakar di kawasan Cemoro Sewu sudah mulai terkendali. Abdullah juga mengatakan sukarelawan sudah mulai terkuras tenaganya karena bekerja keras sejak Minggu siang hingga malam.

Menurut Abdullah, hunian penduduk di Cemoro Kandang Karanganyar masih relatih aman karena letaknya di seberang jalan dari hutan yang terbakar.

Kondisi tersebut, imbuh Abdullah, berbeda di Cemoro Sewu, Magetan yakni lokasi kebakaran hutan di atas permukiman warga. Namun, tim SAR berhasil mengadang api tidak sampai merembet ke daerah hunian.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Agung Lewis, kebakaran hutan Lawu sudah merembet ke pintu masuk pos pendakian Cemoro Sewu.

Kebakaran Meluas

Namun kebakaran hutan di Gunung Lawu yang merambah wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, kian meluas. Bahkan kini hampir memasuki area permukiman penduduk.

Staf Humas Perhutani Surakarta Suko Haryono mengatakan petugas dibantu masyarakat setempat sudah berupaya semaksimal mungkin memadamkan api yang membakar hutan tersebut di kawasan Gunung Lawu. Namun hingga saat ini usaha itu belum berhasil.

"Ya, kebakaran yang berada di wilayah Jawa Tengah sudah padam, tetapi yang masuk Jawa Timur belum bisa. Sampai saat ini petugas juga terus melakukan pemadaman," kata dia seperti dikutip dari Antara, Senin 26 Oktober 2015.

Suko menjelaskan kebakaran hutan di Gunung Lawu itu berada di antara daerah perbatasan antara Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Dapat Dikendalikan

Kebakaran hutan di Gunung Lawu saat ini sudah mulai berkurang. Namun untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, 25 personel SAR Surabaya dan Trenggalek tetap bersiaga di Pos Pendakian Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.

Kepala Seksi Operasional SAR Surabaya, Hari Adi Purnomo, menjelaskan 25 personel tersebut terdiri dari 15 anggota SAR Surabaya dan 10 lainnya dari Pos SAR Trenggalek.

"Mereka stand by di Pos Cemoro Sewu bersama potensi lainnya se-Jatim," kata Hari kepada Liputan6.com di Surabaya, Senin 26 Oktober 2015.

Hari menjelaskan, personel SAR bersama kekuatan lain di lokasi kebakaran, telah memblokade atau menyekat titik api agar tidak menjalar ke tempat lain.

"Memang masih ada kesulitan, karena angin kencang dan ?panas terik. Tetapi kondisi masih bisa teratasi. Dan jika benar-benar dapat teratasi, personel SAR Surabaya malam ini akan ditarik ke Mako SAR Surabaya," ujar dia.

Menurut Hari, personel SAR bersama petugas Perhutani setempat serta relawan, terus memantau perkembangan kebakaran dan melakukan antisipasi. Mereka juga bersiaga jika sewaktu-waktu diperlukan untuk mengevakuasi warga.

"Kobaran api sudah mulai berkurang, kita hanya melakukan antisipasi, jika diperlukan evakuasi," imbuh Hari.

Tapi, Hari menegaskan, berdasarkan laporan dari personelnya yang berada di lokasi, kebakaran hutan di Gunung Lawu sudah bisa dikendalikan.

Bukan Hanya Lawu

Bukan hanya Lawu, kebakaran hutan juga melanda beberapa gunung di Tanah Air. Yakni, Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat, Gunung Semeru di Malang, Jawa Timur dan Gunung Rakutak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di Gunung Ciremai, jalur pendakian di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Jawa Barat, masih ditutup sampai waktu yang belum bisa ditentukan akibat terjadi kebakaran hutan di kawasan tersebut.

"Jalur pendakian masih ditutup, karena kawasan Gunung Ciremai kembali terbakar," kata Kasi Satu Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Widodo di Kuningan, Kamis 23 Oktober 2015, seperti dilansir Antaranews.com.

Sudah hampir 3 bulan pendakian gunung ditutup akibat kebakaran kawasan Gunung Ciremai. Kebakaran yang pertama terjadi pada Agustus 2015. Sedangkan kebakaran yang kedua dan ketiga pada Oktober ini. Dalam kurun waktu sepekan bahkan terjadi 2 kali kebakaran kawasan gunung tertinggi di Jawa Barat tersebut.

Sementara di Gunung Semeru, sekitar 10 hektare hutan terbakar. Demi keamanan, jalur pendakian ke gunung tertinggi di Jawa ini, sementara ditutup. Pendakian ditutup mulai Kamis 21 Oktober 2015 hingga waktu yang belum ditentukan.

Kebakaran di Gunung Semeru telah meluas dan merambah ke 3 titik, termasuk hutan pinus.

"Benar ada kebakaran hutan. Diduga ada pendaki lupa mematikan bekas api unggun, jadi penyebab kebakaran," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Ayu Dewi Utari saat dikonfirmasi di Malang, Jawa Timur, Kamis 21 Oktober 2015 sore.

Kebakaran yang melanda hutan di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu menyebabkan sekitar 48 pendaki terisolasi di kawasan taman nasional tersebut. Sejak Kamis 21 Oktober 2015, mereka dalam proses evakuasi turun menuju Ranupani oleh petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS).

Berdasarkan data BB TNBTS, Kamis 22 Oktober 2015, sekitar pukul 22.00 WIB ada 12 pendaki yang berada di Kalimati dan 36 pendaki di Ranukumbolo. Pagi tadi seluruhnya diisolasi di Ranukumbolo dan dievakuasi turun oleh petugas menuju Ranupani.

"Posisi pendaki itu pagi tadi diisolasi di Ranukumbolo. Sekarang dalam proses dievakuasi turun oleh petugas kami," kata Kepala BB TNBTS, Ayu Dewi Utari di Malang, Jawa Timur, Jumat 23 Oktober 2015.

Seiring evakuasi para pendaki, embusan angin kencang dan kemiringan di titik kebakaran hutan di Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, menyulitkan proses pemadaman. Hingga Sabtu 24 Oktober 2015, kebakaran telah meluas dan merambah ke 3 titik, termasuk hutan pinus.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu 24 Oktober 2015, kepulan asap masih terlihat dari kejauhan di salah satu sisi lereng Gunung Semeru. Sebelumnya, api membakar semak-semak di Watu Rejeng dan Landengan Dawa.

Namun kini api meluas, membakar hutan pinus petak 73 E di wilayah Desa Ranupani, Kecamatan Senduro atau sebelum pos satu.

Di tengah terik matahari dan medan yang sulit, petugas gabungan dibantu warga dan relawan, terus berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya.

Habitat Satwa Hangus

Kebakaran hutan di Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang, Jawa Timur, juga membuat habitat elang dan lutung Jawa ikut terbakar.

Elang Jawa (Aries/Istimewa)

"Di lokasi kebakaran hutan Semeru terdapat habitat lutung Jawa, elang jawa, bahkan dikabarkan macan tutul juga habitatnya di sana, namun hingga kini petugas tidak menemukan bangkai satwa liar yang dilindungi itu," kata Ayu saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu 24 Oktober 2015 seperti yang dilansir Antaranews.

Hutan lindung di Blok Watu Rejeng yang berada di lereng Gunung Semeru terbakar sejak Selasa 20 Oktober 2015. Api, hingga Sabtu pagi, belum bisa dipadamkan.

Lokasi kebakaran tersebut berada antara pos pendakian 2-3 dengan total hutan seluas 25 hektare. Puluhan hektare lahan itu hangus terbakar akibat ulah pendaki yang ceroboh menyalakan api unggun.

Ayu memprediksi sejumlah satwa liar tersebut dapat menyelamatkan diri dari kobaran api karena petugas tidak menemukan bangkai hewan di beberapa titik kebakaran yang berhasil dipadamkan petugas.

Kebakaran di lereng gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut itu diprediksi semakin meluas. Sebab, kebakaran sejak Selasa 20 Oktober hingga Minggu malam belum berhasil dipadamkan.

"Hingga kini sejumlah titik api masih belum padam, namun petugas gabungan terus bergerak untuk memadamkan kebakaran di Gunung Semeru itu," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari yang turun langsung memantau pemadaman kebakaran hutan Semeru di Lumajang, Minggu 25 Oktober 2015 malam.

Kabar terakhir menyebutkan, kebakaran hutan meluas di Gunung Semeru. Bahkan, kebakaran meliputi 50 hektare hutan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Setiap Kemarau Terbakar

Kebakaran juga melanda Gunung Rakutak di kawasan Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Api berkobar dan mengancam hutan di kawasan pegunungan Bandung selatan itu.

Seorang warga bernama Undang mengatakan, api berkobar sejak Minggu 25 Oktober 2015 lalu. "2 Titik api terlihat di atas Gunung Rakutak. Mungkin juga dibakar para warga yang membuka lahan pertanian," ujar Undang, Senin 26 Oktober 2015.

Nyala api dan kepulan asap terlihat jelas dari Jalan Pacet-Kertasari. Api terus meluas mendekati puncak pegunungan yang tersambung ke barisan Gunung Geber itu.

Menurut warga, gunung di kawasan itu kerap terbakar setiap musim kemarau. Namun musim kemarau saat ini membuat hutan menjadi lebih kering dan dikhawatirkan kebakaran hutan cepat meluas.

"Gunung Rakutan rutin ada kebakaran hutan setiap musim kemarau," pungkas Undang.

Bahaya Api Unggun

Saat musim kemarau, sebagian hutan di gunung memang rawan kebakaran. Selain faktor alam, keteledoran manusia turut menjadi faktor penyebab kebakaran hutan.

Menikmati cahaya alami hanya dengan sinar matahari dan api unggun mampu bantu kembalikan ritme tidur yang berantakan. (Foto: rebloggy.com)

"Kami sudah berkali-kali mengingatkan pendaki untuk tidak membuat api unggun atau perapian dalam kawasan karena dapat menimbulkan kebakaran," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu 24 Oktober 2015.

Merujuk data TNBTS, hampir 90 persen kebakaran hutan yang terjadi di kawasan setempat akibat ulah manusia. Seperti membuang puntung rokok sembarangan dan membuat api unggun. (Ans/Ali)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya