Habitat Elang dan Lutung Jawa di Gunung Semeru Ikut Terbakar

Petugas tidak menemukan bangkai binatang, diperkirakan elang dan lutung Jawa di wilayah itu berhasil menyelamatkan diri.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Okt 2015, 20:22 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2015, 20:22 WIB
Elang Jawa
Elang Jawa (Aries/Istimewa)

Liputan6.com, Lumajang - Sejumlah kawasan hutan di Gunung Semeru terbakar. Akibat kebakaran hutan itu, habitat elang dan lutung Jawa ikut terbakar.

"Di lokasi kebakaran hutan Semeru terdapat habitat lutung Jawa, elang jawa, bahkan dikabarkan macan tutul juga habitatnya di sana, namun hingga kini petugas tidak menemukan bangkai satwa liar yang dilindungi itu," kata Ayu saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu 24 Oktober 2015 seperti yang dilansir Antaranews.

Hutan lindung di Blok Watu Rejeng yang berada di lereng Gunung Semeru terbakar sejak Selasa 20 Oktober 2015. Api, hingga Sabtu pagi, belum bisa dipadamkan.

Lokasi kebakaran tersebut berada antara pos pendakian 2-3 dengan total hutan seluas 25 hektare. Puluhan hektare lahan itu hangus terbakar akibat ulah pendaki yang ceroboh menyalakan api unggun.

Dia memprediksi sejumlah satwa liar tersebut dapat menyelamatkan diri dari kobaran api karena petugas tidak menemukan bangkai hewan di beberapa titik kebakaran yang berhasil dipadamkan petugas.

"Tim gabungan dari petugas TNBTS, masyarakat peduli api (MPA), anggota TNI, petugas BPBD Lumajang, dan sukarelawan berusaha memadamkan sejumlah titik api yang semakin meluas di gunung tertinggi Pulau Jawa itu," tutur Ayu.

Ayu berharap kebakaran hutan di kawasan TNBTS yang mencapai 25 hektare itu tidak mengganggu kelangsungan hidup satwa liar yang berada di dalamnya. Namun, tanaman endemis di kawasan tersebut dipastikan hangus terbakar.

"Petugas terus bergerak cepat memadamkan sejumlah titik api, agar tidak menjalar ke lokasi lain karena embusan angin yang cukup kencang dan tanaman yang kering akan memicu kebakaran semakin meluas," papar Ayu.

Komandan Rayon Militer Senduro Kapten Infanteri Abdul Muntholib mengatakan petugas di lapangan kesulitan memadamkan api karena titik api berada pada kemiringan mencapai 70 derajat.

"Dengan kondisi medan yang cukup sulit, kami harus berhati-hati untuk memadamkan api, agar tidak menjadi korban dalam upaya pemadaman kobaran api Gunung Semeru," tutur Abdul.

Upaya pemadaman dilakukan dengan cara manual dan penyekatan untuk mengisolasi lahan yang terbakar tidak meluas ke areal lain. (Bob/Ado)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya