Liputan6.com, Bogor - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengumpulkan para petinggi Koalisi Merah Putih (KMP) untuk membahas pelaporan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said kepada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang menyeret nama Ketua DPR Setya Novanto.
Pertemuan tertutup itu diselenggarakan di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra di Bojong Koneng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/11/2015).
Namun usai pertemuan, tak ada satu pun petinggi KMP yang mau memberikan komentar terkait pertemuan tersebut kepada awak media yang sudah menunggu di pintu gerbang rumah Prabowo.
Sekitar pukul 18.30 WIB, satu persatu para elite KMP mulai meninggalkan rumah Prabowo. Terakhir, bus-bus yang membawa rombongan anggota Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) meninggalkan rumah mantan Panglima Kostrad tersebut sekitar pukul 19.30 WIB.
Baca Juga
Petugas keamanan setempat mengatakan, pertemuan tersebut digelar sejak sekitar pukul 16.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. "Sudah dari tadi ramai-ramainya. Sekarang sudah beres," beber dia.
Sekitar pukul 18.30 WIB, satu per satu para elite KMP mulai meninggalkan rumah Prabowo. "Pertama pulang Pak Fadli Zon," imbuh dia.
Tak lama kemudian, sejumlah petinggi KMP lainnya meninggalkan lokasi. "Terakhir bus-bus anggota HKTI berpakaian putih dan berkerah hijau," pungkas dia.
Berdasarkan informasi, pertemuan di Hambalang ini turut dihadiri Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Presiden PKS Sohibul Iman dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf al Jufri, Ketua Umum PPP versi Muktamar Jakarta Djan Faridz dan politikus senior PAN, Amien Rais.
Sebelumnya, 4 anggota DPR lintas fraksi menyatakan mosi tidak percaya kepada Ketua DPR Setya Novanto terkait kasus dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Kami siap mempublikasikan bahwa kami siap melakukan mosi tidak percaya pada Ketua DPR RI Setya Novanto. Mosi tidak percaya agar beliau segera mengundurkan diri," kata anggota Komisi III DPR Fraksi Nasdem Taufiqulhadi saat jumpa pers di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (20/11/2015).
Pada kesempatan berbeda, Ketua DPR Setya Novanto merasa dirinya dizalimi terkait kasus dugaan pencatutan nama Jokowi dan Jusuf Kalla. Ia juga menegaskan rekaman yang beredar bukanlah rekaman asli.
"Saya tidak pernah akui rekaman itu. Belum tentu suara saya. Bisa saja diedit dengan tujuan menyudutkan saya. Saya merasa dizalimi. Setelah membentuk tim hukum, kita sampaikan evaluasi dengan tim hukum pribadi," kata Setya Novanto di Gedung DPR, Jakarta, Jumat siang tadi. (Ans/Dms)
  Â