Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai bahwa Setya Novanto telah dijebak petinggi PT Freeport Indonesia. Presiden Direktur (Presdir) PT Freeport Maroef Sjamsoeddin diduga menjebak Ketua DPR itu saat membahas kontrak Freeport. Jebakan yang disebut Fadli sebagai sting operation itu karena percakapan dengan Setya direkam dan disebarluaskan.
Sting operation adalah operasi tipuan untuk menjebak seseorang yang diduga melakukan tindak kriminal.
Fadli menilai ada persekongkolan antara pihak Freeport dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Mereka, kata Fadli sengaja memposisikan pria yang akrab disapa Setnov itu, dalam situasi yang seakan-akan dia meminta saham dan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla.
"Kesimpulan (pertemuan) kita (Koalisi Merah Putih), ini semacam jebakan atau sting operaion. Sting operation ini biasa dalam dunia intelijen. Dirut Freeport ini juga mantan intelijen jadi menggunakan cara-cara seperti ini," kata Fadli Zon saat menghadiri acara diskusi bertajuk 'Freeport Bikin Repot' di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (21/11/2015).
Cara ini, kata Fadli sangat tidak etis. Sehingga, jika ini terjadi di Amerika, ujar dia, ini adalah skandal besar yang akan berujung pada pemecatan.
Baca Juga
Berdasarkan penjelasan Setnov dalam pertemuan dengan petinggi KMP semalam, ujar Fadli, ia bertemu petinggi Freeport pada bulan April dan Juni tahun ini atas inisiatif Freeport sendiri.
Saat pertemuan terakhir pada Juni 2015, Setya mengakui membahas soal pembagian saham. Namun pembicaraan tersebut dianggap omong kosong karena setelah pertemuan tidak ada pembicaraan lebih lanjut.
"Dalam pembicaraan itu dibawalah seorang pengusaha karena mengetahui ini dan itu, tahu ini jebakan. Dan dalam pembicaraan itu tidak pernah ada kata minta saham dari Setya Novanto," ujar Fadli.
"Ada pengusaha itu ngomong saran-saran kepada ini 11%, JK 9%. Dan yang perlu dicatat dari 8 Juni itu tidak pernah ada follow up dari pertemuan itu. Pertemuan itu hanya omong kosong. Artinya itu cuma bincang-bincang, ngobrol-ngobrol terus direkam," sambung Fadli.
Fadli menduga petinggi Freeport melakukan sting operation untuk membunuh karakter atau melakukan blackmail terhadap Setnov. "Namanya itu sting operation untuk melakukan blackmail," kata dia.
Pada pertemuan 20 November 2015, lanjut Fadli, Setnov membeberkan rekaman yang diserahkan Sudirman Said kepada Mahkamah Kehormatan Dewan tidak utuh. Sehingga Fadli mencurigai rekaman itu sudah diedit. Tujuannya untuk merangkai sebuah kalimat yang seolah-olah membuat Setya dalam posisi meminta saham dan mencatut nama Jokowi-JK.
"Apa yang dijelaskan selama ini dan kabarnya ada rekaman, Pak Novanto mengatakan bahwa rekaman ini sudah banyak editannya. Itu ada yang digelapin. Jadi apa yang dilakukan Dirut PT Freeport itu jelas satu kesalahan yang luar biasa. Tidak ada itu transkripnya (pencatutan nama dan minta saham). Buka dong kalau benar ada," tegas Fadli. (Nil/Yus)
Advertisement