Liputan6.com, Serang - Masyarakat Banten dikenal memiliki toleransi tinggi sejak zaman kerajaan. Bahkan, bisa dibuktikan dengan berdirinya vihara yang berdekatan dengan Masjid Agung Banten. Pendirian vihara tersebut merupakan permintaan dari saudagar Tiongkok kepada Sultan Banten.
Perayaan Maulid Nabi dan Natal yang bersamaan menjadi momen penguatan rasa toleransi antarumat beragama, budaya, hingga etnis di bumi Seribu Kiai Sejuta Santri ini.
"Harus kita jaga toleransi beragama di Banten. Mayoritas harus jadi pelindung minoritas dan yang minoritas harus mau menghormati," kata ketua keluarga besar Kesultanan Banten, Tubagus (Tb) A Abbas Wasee, Jumat (25/12/2015).
Baca Juga
Toleransi antarumat beragama pun dirasakan umat Kristiani yang kini sedang merayakan Natal. Keamanan dan kenyamanan yang dirasakan mereka tak terlepas dari rasa saling menghormati antarumar beragama di Banten.
"Hal ini perlu diapresiasi dengan memperlihatkan serta menunjukan semangat yang sama bahwa kebersamaan dan kekeluargaan antar umat beragama merupakan sebuah asset penting," kata ketua Ketua Paroki Gereja Katolik Santa Maria Serang Romo Yohanes Wartaya.
Sementara, Gubernur Banten Rano Karno sangat berterima kasih kepada seluruh umat beragama di wilayahnya, yang dapat saling menjaga toleransi beragama pada peringatan Maulid Nabi dan Natal yang jatuh bersamaan.
"Berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah juga agar semua pihak menyadari, pentingnya penerapan prinsip humanisme, pluralisme, dan toleransi dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bersama," kata Rano.