Liputan6.com, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab kecelakaan antar-kereta api listrik di Stasiun Juanda, Jakarta yang terjadi pada September 2015.
Rabu 23 September 2015, KRL Nomor K-1156 bertabrakan dengan KRL Nomor K-1155 di perlintasan rel Stasiun Juanda Jakarta Pusat pukul 16.07 WIB. Tak ada korban jiwa dalam insiden itu, namun 42 penumpang dilarikan ke rumah sakit.
Investigator senior KNKT Kusnendi Soeharjo menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi.
"Yang berkontribusi terhadap kecelakaan KRL 1156 menumbuk KRL 1154 di Stasiun Juanda, yaitu reaksi dan tindakan pengereman yang dilakukan asisten masinis KRL 1156 yang melebihi 2,5 detik, lalu kondisi jalur kereta api lengkung berliku," ucap Kusnendi di kantor KNKT, Jakarta, Selasa (29/12/2015).
"Kondisi gangguan pandangan dalam kabin masinis berupa papan penghalang sinar matahari, papan rute dan ram pengaman kaca depan yang mengganggu pandangan masinis ke depan, penggantian blok rem komposit dengan blok rem beso cor telah mengubah spesifikasi teknis terhadap KRL 1156, hal ini menjadikan jarak pengereman KRL jadi lebih panjang dibandingkan kondisi semula," tambah dia.
Baca Juga
Atas terungkapnya penyebab kecelakaan ini, Kusnendi menyebut, pihaknya telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Nantinya rekomendasi itu akan disampaikan kepada PT KAI dan Direktur Jenderal Perkeretaapian.
Kecelakaan antara dua Kereta Rel Listrik (KRL), tepatnya terjadi di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat pada Rabu 23 September 2015. KRL nomor 1156 rute Kota-Bogor menabrak KRL 1154 tujuan sama saat tengah standby di Stasiun Juanda.
Sekitar 34 penumpang KRL luka-luka akibat kecelakaan ini. Mereka kemudian dilarikan ke RSCM, RSPAD, RS Tarakan, dan RS Husada. Sementara seorang masinis KRL 1156 bernama Gustian sempat terjepit di badan kereta.
Akibat insiden ini, kala itu terjadi penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Belum dievakuasinya KRL yang terlibat tabrakan membuat seluruh jadwal moda transportasi berbasis kereta ini terganggu.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun sempat memberlakukan pengalihan jalur penumpang yang akan menuju Jakarta-Kota terpaksa turun dari KRL dan menggunakan alternatif transportasi lain.