Saat Azan Magrib Berlomba dengan Dangdut Koplo di Kalijodo

Bila malam tiba, bisa jadi PSK di Kalijodo mencapai seribuan orang.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 11 Feb 2016, 09:05 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2016, 09:05 WIB
20160211-Mengintip Lokalisasi Kalijodo yang Berusia Setengah Abad
Aktivitas warga Kalijodo pada siang hari di Jakarta, Kamis, (11/02). Kalijodo merupakan tempat perjudian dan lokalisasi terbesar di Jakarta barat. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Matahari mulai tenggelam. Azan Magrib mulai terdengar di antara hiruk-pikuk kemacetan di Jalan Teluk Gong Raya, Penjaringan, Jakarta Utara. Beberapa warga berbusana muslim berjalan menuju Masjid Nurul Hasanah yang berada di mulut Jalan Kepanduan II, Kalijodo.

Pemandangan kontras dengan apa yang terjadi di lokasi yang berjarak puluhan meter dari masjid. Di lokasi tersebut berderet 50-an warung remang-remang dan kafe penjaja minuman keras. Satu per satu lampu mulai menyala. Reklame iklan bir mulai menghiasi sepanjang Kalijodo.

Ya, itulah kawasan Kalijodo di Jalan Kepanduan II‎, Kelurahan Pejagalan. Sebagian pria hidung belang bisa jadi tidak asing mendengar nama kawasan ini. Tempat pelepas syahwat ini mulai naik pamor di era kolonial Belanda, 1930-an. Wacana pembongkaran Kalijodo bergulir dari gubernur satu ke gubernur lainnya. Namun hingga kini kawasan tersebut tetap berdiri.

"Memang wilayah sana tempat maksiat. Warga sini enggak terlalu memusingkan selama mereka tidak mengusik," ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya usai salat magrib di Masjid Nurul Hasanah, Kalijodo, Rabu 10 Februari 2016.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, sekilas tidak ada aktivitas mencolok begitu baru memasuki Jalan Kepanduan II‎ dari arah Jalan Teluk Gong Raya. Namun setelah beberapa puluh meter, suasana gemerlapnya dunia hiburan malam mulai terasa.

Hentakan dangdut remix mulai terdengar dari beberapa kafe ketika pintu terbuka. Tampak sejumlah wanita berpakaian seksi dengan make up tebal sibuk menggoda para lelaki yang datang atau melintas.
 
Sedang‎kan di Masjid Nurul Hasanah, puluhan anak kecil asyik bercengkerama di lantai 2. Rupanya bocah-bocah itu tengah menanti guru ngaji mereka. Sementara di lantai bawah terlihat 3 pria sedang iktikaf sambil menanti azan Isya.

"Memang yang di sana (lokalisasi Kalijodo) itu kebanyakan orang pendatang semua. Kalau warga asli sini ya aktivitasnya biasa saja, seperti warga Jakarta lainnya," ucap warga lainnya menimpali.

Suasana wilayah lokalisasi Kalijodo di siang hari

Memang tidak semua bangunan yang ada di RW 5 Kelurahan Pejagalan itu dijadikan kafe maupun tempat karaoke. Kawasan prostitusi itu hanya tersebar ‎di 5 RT yang ada di RW 5, yakni RT 1, 3, 4, 5, dan 6. Di RW 5 Pejagalan, terdapat 9 RT.

Secara administrasi kewilayahan, lokalisasi Kalijodo berada di 2 kecamatan‎, yakni Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, dan Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Informasi yang diperoleh Liputan6.com, mayoritas warga pendatang di Kalijodo berasal dari Jawa Barat. Tercatat ada 150 pekerja seks komersil dan pemandu lagu di lokalisasi tersebut.

"Tapi kelihatannya kalau malam lebih ramai. Mungkin di sana bisa sampai 1.000 orang kalau hitungan kasarnya per kafe misalnya ada 20 orang," ucap sumber yang enggan diungkap identitasnya itu.

Dia mengungkapkan, petugas di kawasan tersebut sulit mendata warga yang berada di lokalisasi Kalijodo. Apalagi banyak aparat setempat yang tidak berani mengulik kawasan yang dikenal dijaga sejumlah preman itu.

"Mungkin karena banyak juga yang kerjanya di situ, tapi tinggalnya di tempat lain‎," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya