Liputan6.com, Bogor - Suara tetabuhan menggema di pelataran Vihara Dhanagun (Hok Tek Bio) Jalan Suryakancana Kota Bogor. Musik tersebut mengiringi ritual iris lidah.
Mayoritas masyarakat akan ngeri ketika melihatnya. Namun, ritual ini merupakan langkah untuk menolak bala.
Pada ritual tersebut, satu per satu para tangsing --sebutanpelaku iris lidah-- melakukannya dengan sebilah pedang.
Darah yang keluar dari lidah ditampung dalam wadah kemudian digunakan untuk menuliskan aksara-aksara Cina di atas kertas kuning (kertas Hu). Kertas Hu itu berfungsi sebagai isim atau azimat memulai ritual selanjutnya.
Uniknya, para tangsin yang mengiris lidahnya tidak kesakitan. Bahkan luka hasil irisan itu tidak terlalu parah.
Luka bekas irisan benda tajam itu disembuhkan dengan ramuan dari bawang putih, air jeruk nipis, remasan biji jagung, dan telur setelah ritual selesai.
Advertisement
Baca Juga
Aksi keempat tangsin membuat ngeri para pengunjung yang penasaran dengan upacara itu.
"Ritual ini dilakukan rutin setiap tahun oleh warga keturunan Tionghoa, sebelum Cap Go Meh. Tujuannya sebagai tolak bala," kata Ketua Panitia Cap Go Meh, Arifin Himawan di Vihara Dhanagun, Minggu (21/2/2016) .
Selain tolak bala, ritual iris lidah ini untuk meminta perlindungan kepada dewa dan para leluhur. Ritual tersebut juga sebagai doa agar diberikan rezeki dari para leluhur.
"Yang paling utama dalam ritual iris lidah ini, permohonan dan momentum agar usaha dalam satu tahun ke depan diberi kelancaran," kata salah satu tokoh keturunan Tionghoa di Bogor.
Sebelum ritual iris lidah, warga Tionghoa membawa patung-patung yang mewakili dewa serta joli dengan cara ditandu diiringi suara tabuhan dan barongsai serta liong. Joli dan dewa dari berbagai vihara di Bogor ini dikumpulkan di Vihara Dhanagun.