Liputan6.com, Jakarta - Sadeq (bukan nama sebenarnya) tengah mengunyah roti, Senin 14 Maret 2016 siang. Roti yang dipilihnya sebagai pengganjal perut pada hari itu. Tanpa alasan yang jelas, dia memilih menunggu kerabatnya di Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lama RSAL Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
"Saya lagi makan roti kemarin itu. Biasanya keluar nyari makan atau ngopi di warung depan kalau kerabat saya itu lagi terapi," ucap Sadeq, Jakarta, Selasa 15 Maret 2016.
Menurut dia, ada 3 chamber dalam Gedung RUBT itu. 2 Chamber di antaranya berkapasitas lebih dari 12 orang, sedangkan 1 chamber lainnya hanya berkapasitas 4 orang.
Chamber dengan kapasitas kecil inilah yang bernama Miangas Island. Sementara, tabung di sebelah kiri Miangas Island bernama Ambalat Island, sisanya, Sadeq mengaku lupa.
"Miangas itu adanya di tengah. Di depan tabung itu, penunggu pasien biasa nunggu sembari duduk-duduk," ucap Sadeq.
Ketika asyik mengisi perut, matanya tercekat. Waktu menunjukkan pukul 13.10 WIB.
Chamber Miangas Island terbakar dari dalam. Api berkobar dalam tabung dalam hitungan detik. Api yang berasal dari percikan arus pendek listrik tersebut menjilat seluruh komponen yang ada di tabung, termasuk 4 pasien terapi oksigen.
Baca Juga
Tak lama, asap hitam pekat memenuhi ruangan dalam tabung tersebut. Asap itu perlahan keluar dari chamber dan memekatkan ruangan di gedung. Oksigen bertekanan tinggi dari dalam tabung juga begitu menyembur ke luar tabung.
"Itu kayak keluar angin. Kayak nyemprot begitu, kenceng. (Tabung) Enggak meledak, cuma semprotan angin dari tabung sampai memecahkan kaca-kaca di gedung," kata Sadeq.
Dia pun panik. Sama seperti orang-orang yang ada di sana. Baik itu perawat, operator chamber, maupun keluarga atau kerabat pasien yang tengah menunggu. Dia bingung harus berbuat apa. Apalagi, kerabatnya masih berada dalam tabung sebelah kanan tabung 'Miangas Island'.
Menurut salah seorang petugas, kata dia, chamber itu tak bisa sembarangan dibuka. Sebab, tekanan udara di dalamnya begitu tinggi. Jika dibuka paksa, maka dampaknya buruk. Karenanya, di tengah proses pemadaman tabung Miangas Island oleh para petugas, beberapa petugas lain perlahan menurunkan tekanan udara di tabung sebelahnya. Ada sekitar 15 menit, sampai benar-benar pintu tabung baru bisa dibuka dan orang-orang di dalamnya satu per satu dievakuasi.
"Jadi pelan-pelan pintu dibuka. Ada 12 orang di dalamnya, termasuk kerabat saya. Di tabung Miangas, petugas lagi madamin api dan lagi mau evakuasi," ucap Sadeq.
Setelah 12 orang di tabung sebelah kanan Miangas Island berhasil dikeluarkan, Sadeq pun ikut dievakuasi ke luar gedung. Setelah itu, dia tak tahu 'kelanjutan' peristiwa mengerikan tersebut sampai akhirnya beberapa jam kemudian dia tahu, 4 orang yang ada di Miangas Island tewas terbakar dan dibawa ambulan menuju RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
"Saya enggak tahu lagi bagaimana. Saya enggak lihat pas dievakuasi dari dalam tabung. Karena saya juga sudah dievakuasi. Saya hanya lihat 4 ambulans keluar dari rumah sakit bawa 4 jenazah pasien terapi itu," kata Sadeq.
Tengah Terapi
Sadeq siang itu memang tengah menemani kerabatnya terapi oksigen. Terapi itu sudah beberapa kali dilakukan. Kerabatnya itu harus terapi 10-15 kali untuk kesembuhan penyakitnya. Pada 1 hari akan dilakukan sekali terapi dengan durasi antara 1,5-2 jam.
"Dalam satu hari di rumah sakit ini terapi oksigen hanya ada 3 sesi. Sesi pertama itu sekitar jam 8, sesi kedua jam 10, dan ketiga jam setengah 12. Kerabat saya dapat yang sesi terakhir," ujar Sadeq.
Soal biaya, kerabatnya harus mengeluarkan Rp 300 ribu untuk sekali sesi di chamber kelas biasa. Harga segitu hanya untuk tabung chamber yang biasa. Sementara tabung Miangas Island adalah kelas VIP dengan biaya Rp 1,2 juta per terapi.
Tabung Miangas Island memang benar-benar khusus. Hanya berkapasitas 4 orang. Pasien di dalamnya melakukan terapi dengan berdiri. Sementara tabung Ambalat Island merupakan tabung kelas biasa dan saat itu sedang tidak digunakan. Kedua tabung kelas biasa ini ukurannya lebih pendek namun lebih luas. Bisa menampung lebih dari 12 pasien.
"Yang tabung biasa itu pasiennya duduk dempetan. Lebih pendek, masuknya saja harus nunduk. Kalau yang Miangas (terapi) berdiri dan lebih leluasa," ujar Sadeq.
Advertisement
Banyak Manfaat
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama M Zainuddin menjelaskan soal kegunaan chamber tersebut. Menurut dia, tabung itu untuk pengobatan hiperbarik oksigen (HBO).
"Pengobatan hiperbarik oksigen untuk pertama kalinya digunakan untuk penyakit dekompresi atau decompression sickness. Selama ini memang (chamber) digunakan oleh penyelam-penyelam TNI AL," ujar Zainuddin.
Dia menjelaskan dekompresi adalah suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan udara atau naik ke permukaan secara mendadak. Saat ini pemakaian HBO dengan chamber selain untuk penyakit dekompresi akibat penyelaman, juga bermanfaat bagi kesembuhan berbagai penyakit klinis lainnya.
Dihimpun dari berbagai sumber, tabung chamber berfungsi untuk menetralisasi oksigen dalam tubuh usai menyelam di kedalaman tertentu atau kecelakaan saat menyelam. Alat yang pada 2012 lalu seharga sekitar Rp 3 miliar itu jarang dimiliki instansi lain. Khusus di RS milik TNI AL, alat tersebut hanya ada di RSAL Mintoharjo Jakarta, dan di RSAL di Surabaya, Jawa Timur.
Sistem kerjanya, pasien diterapi dengan pemberian oksigen 100 persen ke tubuh di ruang tabung (hyperbaric chamber) dengan tekanan udara tertentu. Suplai oksigen 100 persen dan tekanan udara tertentu itu membuat kadar oksigen di tubuh pasien kembali normal.
Selain untuk dekompresi, chamber juga bermanfaat bagi berbagai penyakit klinis. Misalnya penyakit yang terkait kulit, otot, syaraf, ataupun tulang. Terapi oksigen dengan chamber juga bisa untuk kebugaran tubuh.
Di Jakarta, banyak warga yang memanfaatkan jasa alat ini. Di RSAL Mintoharjo, misalnya. Rata-rata setiap hari ada 20 orang berkunjung untuk menjalani terapi oksigen tersebut.