Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPRÂ Fahri Hamzah dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dipecat dari seluruh keanggotaan partainya.
Fahri mengaku, pada Minggu 3 April 2016, saat beredar surat pemecatan dirinya, ia belum menerima surat resmi dari partainya.
"Dari kemarin HP saya panas karena banyak pertanyaan masuk mulai dari SMS, Whatsapp, telepon, telegram," ungkap Fahri saat konferensi pers di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (4/4/2016).
"Tapi pada saat itu saya hanya bisa menjelaskan kepada kader, saya tidak menerima sepucuk surat apapun, sehingga saya tidak tahu apa yang terjadi," sambung dia.
Fahri mengaku, usai mengklarifikasi masalah tersebut, datanglah seorang petugas ke rumahnya sekitar pukul 20.00 WIB.
"Tiba-tiba saya melakukan klarifikasi, jam 8 malam ada petugas yang datang ke kediaman pribadi saya," kata dia.
"Sebenarnya, saat itu kami bertemu di masjid. Lalu sekitar jam 8 malam ke rumah saya, dan ternyata dia bawa surat dari partai buat saya. Saat itu, saya baru membaca sekilas, jadi saya belum bisa menjelaskan," sambung Fahri.
Fahri mengaku tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi saat ini, apalagi terkait hal yang dituduhkan kepadanya.
Karena saat beberapa kali pemanggilan dirinya dengan para pimpinan PKS, ia telah meminta keterangan tentang apa kesalahan yang diperbuatnya.
Baca Juga
"Saya sudah berkirim surat meminta keterangan apa yang terjadi. Lalu, hari ini tiba-tiba ada rilis resmi di website partai, muncul dokumen-dokumen yang saya minta, tetapi belum pernah saya terima," ucap dia.
Fahri pun merasa kecewa, karena sebenarnya dia telah lama meminta dokumen-dokumen kesalahan yang diperbuatnya. Terlebih, dengan beredarnya dugaan surat pemecatan dirinya.
"Karena saya tidak boleh merekam (kesalahan yang kala itu dibacakan), jadi saya hanya minta dokumennya, tapi tidak diberikan kepada saya," kata dia.
Â
"Dokumen itu malah dibuka kepada publik. Saya belum membaca dan menerima kronologi permasalahannya, tetapi malah diungkap kepada publik," sambung dia.
Padahal, sejak awal pimpinan PKS baru menjabat, Fahri merasa selalu mendengarkan dan mengikuti apa kemauan pimpinan partai.
"Saya diundang oleh pimpinan baru sekitar September, untuk menyampaikan apa yang diinginkan oleh pimpinan baru. Tentu saya dengar, salah satunya pakai kopiah," beber dia.
"Dan ternyata saya tambah ganteng lah pakai kopiah, jadi saya bertahanlah pakai kopiah. Eh tahu-tahu saya diminta mundur, bahkan sekarang dipecat," tandas Fahri.