Liputan6.com, Jakarta - Modus operandi para sindikat narkoba mengirim dan mengedarkan narkoba makin beragam demi melancarkan aksinya. Kali ini, terungkap modus yang dilakukan sindikat dengan menjual narkoba satu paket dengan satu unit mobil.
Dengan dalih ingin mengelabuhi petugas, tersangka Hiang Tie (49) yang ditangkap Direktorat Narkoba Bareskrim Polri pada 22 Maret 2016 menyelipkan sabu di ransel jok mobil.
Diketahui, sabu seberat 15 kg itu akan dijual kepada seorang yang masih buron, beserta mobil Kia New Picanto bernomor polisi B 1987 BVJ. Namun saat sebelum keduanya bertemu, Hiang Tie ditangkap di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
Advertisement
"Ini penyelidikan 2 minggu oleh petugas. Ini modusnya aneh, biasanya ditinggal mobil terus diambil barang (sabu) sama pelaku lain. Tapi ini sekaligus jual mobil yang ada sabunya," kata Wakil Direktur Narkoba Mabes Polri Kombes Nugroho Aji di kantornya, Cawang, Jakarta Timur.Â
Baca Juga
Aji melanjutkan, dari modus itu pelaku sudah melakukan aksinya 2 kali."Yang aksi kedua kami tangkap. Ini masih kami lakukan pemeriksaan mereka setiap transaksi berapa. Mobil misalnya Rp 50 jutaan ya, sabunya itu tentu lebih mahal," tutur Aji.
Dia menambahkan, sabu tersebut berasal dari Tiongkok yang rencananya akan dikirim ke kota-kota besar seperti Denpasar, Jakarta, dan Surabaya.
Penindakan tak sampai disitu, dari kasus tersebut polisi kemudian melakukan pengembangan. Hasilnya, pada 5 April, 2 tersangka lainnya yakni Agus (19) dan Titrit (21) ditangkap di Solo, Jawa Tengah.
Kedua tersangka itu dikabarkan melakukan transaksi sabu dengan modus menyelipkan ke dalam aksesoris kalung manik-manik yang dibungkus pada paket. Sabu seberat 6,2 ons dikirim dari Solo ke Jakarta.
Aji menjelaskan, kedua kasus narkoba tersebut merupakan satu jaringan yang dikendalikan seorang warga binaan di lembaga pemasyarakatan (LP) Kelas II A Sragen, yakni Sutopo (37). "Sabu yang di aksesoris manik-manik itu dari Nigeria. Ini keduanya sama dikendalikan warga binaan di LP Sragen. Bandar besarnya dari Malaysia."
Menurut Aji, kedua modus ini masih terbilang baru dilakukan para sindikat narkoba. Untuk itu pihaknya terus memburu para jaringan tersebut.
"Termasuk asal sabu yang modus kalung itu dari Nigeria itu. Baru kali ini sabu dikirim dari Nigeria. Ini cukup baru maka itu kami dalami terus jaringannya," pungkas Aji.