Menko Luhut: Hari Kartini, Semoga Emansipasi Wanita Makin Paten

Luhut Pandjaitan mengucapkan selamat Hari Kartini kepada seluruh perempuan di Tanah Air.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 21 Apr 2016, 12:23 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2016, 12:23 WIB
20160418-Simposium-Nasional-Jakarta-Faizal-Fanani
Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan memberikan paparan hadir dalam acara Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Jakarta, Senin (18/4). Simposium bertujuan merekonsuliasi kasus pelanggaran HAM dimasa lalu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Kartini jatuh pada hari ini. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan turut mengucapkan selamat Hari Kartini pada seluruh wanita di Indonesia

"Saya ucapkan selamat Hari Kartini," kata Luhut, di Jakarta, Kamis (21/4/2016).

Peringatan Hari Kartini selalu identik dengan semangat emansipasi wanita. Mantan Kepala Staf Presiden ini ingin mengucapkan hal serupa. Namun, lidah sang menteri sempat terselip.

"Semoga ekspansi, eh, emansipasi wanita makin paten. Tapi jangan kuasai laki-laki juga ya," tutur Luhut sembari tertawa.

Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Semangat belajarnya tinggi dan perhatiannya kepada dunia pendidikan, khususnya kaum perempuan, tidak diragukan lagi.

Perempuan yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 itu berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara di Jawa Tengah.

Berasal dari kalangan bangsawan, Kartini diperbolehkan sekolah di Europese Lagere School. Di sekolah tersebut, dia belajar bahasa Belanda. Namun pendidikannya terpaksa terhenti ketika menginjak usia 12 tahun.

Dia doyan membaca sejak kecil. Ia rutin menyimak koran Semarang, De Locomotief. Ia juga menerima paket majalah yang diedarkan toko buku kepada para pelanggan. Di antaranya majalah wanita Belanda, De Hollandsche Lelie. Ketika dipingit selama empat tahun, sebagian besar waktunya habis untuk membaca.

Menurut Sitisoemandari Soeroto dalam Kartini: Sebuah Biografi, benak perempuan ningrat itu sesak dengan rasa penasaran. Ia sangat ingin tahu tentang situasi pergerakan perempuan di Eropa. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya