Liputan6.com, Bogor - Bencana tanah bergerak di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor terus meluas. Bahkan, rumah warga mengalami retak akibat pergerakan tanah yang melanda wilayah tersebut sejak 7 Mei 2016.
Kini sebagian warga sudah mengungsi ke sanak saudara maupun di tenda pengungsian. Sebagian lagi masih memilih bertahan meski kondisi dinding dan lantai rumah mereka sudah mengalami retakan.
Kendati demikian, Pemerintah Kabupaten Bogor hingga saat ini belum mengambil keputusan akan merelokasi warga ke tempat yang lebih aman.
Baca Juga
Ini karena masih menunggu hasil kajian mitigasi bencana geologi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
"Sampai sekarang hasilnya belum keluar," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Air Mineral Kabupaten Bogor, Ridwan Syamsudin, Senin (16/5/2016).
Beberapa hari lalu, lanjut Ridwan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah menurunkan tim untuk melakukan kajian mitigasi bencana geologi ke Desa Malasari. Hasil evaluasi akan menjadi acuan apakah lokasi bencana pergerakan tanah itu masih aman untuk ditinggali atau tidak.
Ridwan menjelaskan, lokasi tersebut merupakan daerah rawan bencana pergerakan tanah. Namun berapa besar potensi pergerakan tanah di wilayah itu perlu diukur kondisi tanahnya menggunakan alat khusus.
"Penilaian pergeseran tanah itu tidak bisa berandai-andai. Perlu dikaji oleh ahlinya," tutur Ridwan.
Lokasi yang dikaji adalah tiga kampung, yaitu Kampung Sikantor, Sorongan, dan Nyuncung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Selain itu, kata Ridwan, kajian mitigasi pun meliputi daerah atau kampung di sekitar lokasi bencana.
"Ketika hasilnya wilayah itu memiliki potensi pergerakan tanah cukup tinggi maka harus direlokasi. Nah tim ini juga nantinya yang merekomendasikan di lokasi mana yang dianggap aman untuk relokasi," kata dia.
Menunggu Hasil Kajian
Sementara itu Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor Budi Aksomo mengatakan, hasil kajian diharapkan keluar dalam waktu dekat ini. Apabila rekomendasi yang keluar adalah relokasi warga, maka akan melaporkannya kepada bupati dan membahasnya dengan anggota DPRD.
"Kami juga masih menunggu rekomendasinya seperti apa. Apakah masyarakat harus pindah dan direlokasi atau seperti apa," ucap dia.
Berdasarkan instruksi bupati, pihaknya diminta mendahulukan keselamatan masyarakat saat terjadi bencana.
"Warga sudah mengungsi. Dan sebagian masih menempati rumah mereka karena retakannya masih kecil," tutur Budi.
BPBD Kabupaten Bogor mencatat, 44 rumah di Kampung Sikantor terancam roboh akibat bencana pergerakan tanah.
Sedangkan korban yang mengungsi di tenda pengungsian dan rumah sanak saudara sebanyak 29 kepala keluarga atau sekitar 86 jiwa. Sebanyak 26 KK atau sekitar 70 jiwa warga Kampung Nyuncung dan Sorongan memilih bertahan tinggal di rumah mereka.
Advertisement