Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNIÂ Gatot Nurmantyo menegaskan alasan Kapal TB Charles jadi target penyanderaan, karena melanggar rute yang sudah ditetapkan. Alhasil, tujuh ABK yang merupakan WNI disandera oleh kelompok Al-Habsy.
"Jadi pemerintah sudah memberikan moratorium dan sudah memberikan rute. Rute itu yang dilanggar saat mereka kembali," kata Gatot, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (27/6/2016).
"Jadi dia motong 3-4 nautical mile dari kepulauan Jolo, ini yang membuat (disandera)," tambah dia.
Tidak hanya melanggar rute, Gatot menuturkan KapalTB Charles melanggar moratorium agar kapal-kapal Indonesia tidak berlayar ke Filipina. Namun, keberanian melanggar moratorium bisa saja karena alasan ekonomi.
"96 Persen batubara di Filipina itu dari Indonesia. Kalau kita nggak kirim, ya tergantung mereka," tutur Gatot.
Gatot menawarkan solusi, supaya perdagangan batubara kedua negara tidak terganggu, maka pengawalan bersama bisa dilakukan.
"Kalau mereka jamin ya kita kirim. Atau kalau tidak, ada tentara di beberapa rute. Diamankan rute itu. Atau kita kawal dari Indonesia dikawal sampai perbatasan nanti sampai Filipina dikawal oleh Filipina," Gatot menandaskan.
Tebusan 200 Juta Peso
Gatot Nurmantyo menuturkan para penyandera WNI ABK Charles meminta sejumlah uang tebusan, supaya sandera dibebaskan dalam kondisi selamat.
"Sementara tebusan yang diinformasikan 200 juta Peso atau sekitar Rp 60 - 65 miliar. Yang dipastikan adalah yang mereka minta untuk empat orang, yang tiga orang belum. Mereka masih dicari," kata Gatot.
Dia sampai saat ini belum bisa berkomunikasi dengan para sandera. Namun, ia memastikan kondisi empat sandera dalam keadaan sehat.
"Ada di (Kepuluan) Jolo, yang sementara bisa dimonitor sementara empat. Tapi itu perlu diverifikasi lagi. Karena terpisah, empat sandera dan tiga sandera terpisah," tegas Gatot.
Advertisement
Â
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.