Liputan6.com, Brebes - Perjalanan lancar tentu didamba para pemudik yang hendak merayakan Lebaran di daerah asal masing-masing. Namun, kemacetan parah melanda di sejumlah jalur arus mudik di jalur pantai utara Pulau Jawa atau Pantura. Banyak pemudik yang mengeluhkan lamanya jarak tempuh yang di luar dari kebiasaan.
Seperti yang dialami Satria. Pria yang akan mudik menuju Purbalingga, Jawa Tengah, ini mengaku telah melakukan perjalanan sangat panjang dari Depok, Jawa Barat hingga Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah.
"Dari Depok jam 05.00 pagi. Masuk Ketanggungan Brebes pukul 18.00 WIB. Maju 10 meter berhenti 30-60 menit. Sampai pukul 03.19 WIB masih di sini. Bukan macet mas, tapi parkir di jalan," ucap Satria saat dihubungi Liputan6.com dari Jakarta, Minggu dini hari, 3 Juli 2016.
Advertisement
"Dari Depok-Ketanggungan Brebes ditempuh 22 jam," imbuh dia.
Satria yang pulang kampung dengan menggunakan mobil tersebut mengajak istri dan dua anaknya. 1 Buah hatinya yang perempuan berusia 5 tahun, sedangkan satu anaknya lagi putra berumur 20 bulan.
"Bawa anak 2, kasihan. Perdana nih mudik pakai mobil, biasanya naik kereta," ujar dia.
Kemacetan parah tersebut tentu dirasakan tak nyaman bagi sang buah hati. "Alhamdulillah anak-anak bobo, sesekali bangun rewel minta keluar," ujar dia.
Satria menegaskan perjalanan sangat melelahkan ini cukup sekali saja dirasakan. Dia tak akan mengulanginya lagi pada arus mudik tahun depan. "Kapok ini, tahun depan pakai kereta aja."
Boleh dibilang, memasuki H-5 Lebaran 2016, semarak arus mudik kian terasa. Terutama ditandai dengan mengularnya kendaraan para pemudik di ruas jalan tol serta melonjaknya jumlah penumpang yang memenuhi sejumlah terminal.
'Brexit' Lumpuh
Calon penumpang memadati terminal, sedangkan macet 'berjemaah' terjadi di sejumlah ruas jalan tol. Terutama di Brebes Exit yang diplesetkan menjadi 'Brexit' hingga terjadi kemacetan panjang mencapai lebih dari 20 kilometer.
Tiga hari menjelang Lebaran Idul Fitri 1437 Hijriah, kondisi lalu lintas di Kota Brebes maupun Tol Brebes lumpuh. Puluhan ribu mobil pemudik memadati jalanan di kota itu dan jika pun bisa bergerak hanya dengan kecepatan 0 sampai 5 kilometer per jam.
Lumpuhnya arus lalu lintas di arteri Brebes berimbas hingga Kecamatan Losari Cirebon, sementara kemacetan di Tol Brebes berimbas hingga Tol Pejagan.
"Ada kemacetan di wilayah Brebes, Jawa Tengah. Di wilayah kita nggak ada kemacetan, ini imbas dari pangkal kemacetan di Brebes. Pejagan juga kemungkinan besar kita kena imbas," ujar Kepala Pos Pengamanan Losari Kompol Poniman di Pos Pengamanan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu dini hari, 3 Juli 2016.
Poniman mengatakan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak untuk mengurai kemacetan sepanjang 10 kilometer di jalur arteri Losari-Brebes. Sementara untuk mengurai kemacetan di tol keluar Brebes, pengelola tol dan kepolisian 'membuang' arus kendaraan ke Tol Pejagan.
Namun, solusi pengurangan volume kendaraan di jalan tol itu semakin memperparah kemacetan di arteri, karena jalanan menjadi kelebihan kapasitas.
"Kita sudah koordinasi dengan Polres Brebes, Kasatlantas (Kepala Satuan Lalu Lintas), kami sudah berusaha mencari titik kemacetan, tetapi tidak ketemu karena itu, biang macetnya bukan di wilayah hukum kami tapi wilayah hukum tetangga," Poniman menjelaskan.
"Hasil koordinasi dari Pejagan, tol di sana sudah macet. Untuk mengalihkan arus, kendaraan diarahkan ke Jalan Raya Pabuaran, Ciledug, dan Tanjung," imbuh dia.
Poniman mengaku tak dapat berbuat banyak untuk memperlancar arus kendaraan pemudik karena secara teknis, Polres Brebes dan Polda Jawa Tengah-lah yang berkepentingan merekayasa situasi.
"Rekayasa tak bisa dilakukan di sini karena pangkal kemacetan di Jateng, sehingga kita tak bisa prediksikan ke mana akan dilarikannya kendaraan-kendaraan," kata Poniman.
Pantauan Tim Mudik Liputan6.com di lapangan, lalu lintas Jalan Arteri Cirebon menuju Jawa Tengah lancar dan baru tersendat di perbatasan Losari-Brebes pada Minggu 3 Juli 2016 pukul 00.00 WIB. Semula panjang antrean kendaraan hanya 3 kilometer sebelum gapura perbatasan dan 5 kilometer sesudahnya.
Hanya selang satu jam, antrean kendaraan di Losari bertambah panjang 2 kilometer, dan antrean kendaraan sesudah gapura perbatasan Brebes bertambah panjang hingga ke Kecamatan Tanjung.
"Ini bisa sampai sore, putar saja lewat Ketanggungan-Ciledug-Pejagan kalau mau ke Brebes Timur," seru petugas Dinas Perhubungan (Dishub) di pertigaan Tanjung Brebes.
Mengular 20 KM
Kemacetan di ruas Jalan Tol Brebes Timur, Jawa Tengah, bahkan tak kunjung terurai meski polisi telah merekayasa lalu lintas.
Kendaraan pemudik mengular sepanjang 20 kilometer, mulai dari gerbang Tol Pejagan hingga gerbang Tol Brebes Timur. Bahkan ruas jalan sebelum gerbang Tol Pejagan terkena imbas kemacetan hingga situasi lalu lintas padat merayap sejauh 3 kilometer.
"Antrean pukul 11.00 WIB sampai 14.00 WIB terpantau sepanjang 20 kilometer, baru saja saya dapat laporan antrean kendaraan memanjang 3 kilometer. Jadi total panjang ketersendatan arus lalu lintas 23 kilo sepanjang Pejagan sampai Brebes Timur," kata Kepala Cabang Jalan Tol Kanci-Pejagan-Pemalang Yayan Iskandar kepada Liputan6.com di Brebes Timur, Minggu, 3 Juli 2016.Yayan
menjelaskan, volume kendaraan pemudik yang keluar dari gerbang Tol Brebes Timur tercatat 20.831 sejak pukul Sabtu 2 Juli pukul 06.00 hingga Minggu 3 Juli 06.00 pagi hari ini.
Ia memprediksi kepadatan kendaraan baru bisa terurai besok, pada H-2 Idul Fitri atau Senin 4 Juli 2016. Artinya kendaraan yang terjebak di ruas Tol Pejagan-Brebes Timur tidak dapat berharap banyak pada kondisi lalu lintas tol.
"Kita dihadapkan dengan jalan tol yang paling akhir. Dan pertemuan dengan arteri Pantura, sehingga Polda melakukan contra flow di jalan tol pun kurang efektif. Karena ujungnya tol, jalan nasional yang sudah terbebani dengan lalu lintas lokal," Yayan menerangkan.
Menurut Yayan, kemacetan di Brebes Timur tak bisa dihentikan dengan cepat, selama aktivitas lalu lintas di jalan provinsi Kota Brebes padat.
Advertisement
Jalur Nagreg Padat
Kemacetan parah atau kepadatan kendaraan pemudik juga terlihat di jalur Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Memasuki Minggu sore, terjadi kemacetan cukup parah di kawasan Nagreg. Pantauan lalu lintas Tim Mudik Liputan6.com, kemacetan terjadi di Simpang Nagreg.
Simpang Nagreg yang menjadi titik awal kemacetan, tersendat di kedua arah. Baik yang menuju Garut atau Lingkar Nagreg, maupun yang menuju Tasikmalaya. Meski demikian, kemacetan paling parah dialami oleh pemudik yang akan menuju Tasikmalaya.
"Mobil menyemut aja nih dari tadi. Mungkin sudah ada satu jam dari Cicalengka," ujar Gunawan yang tengah mudik ke Banjar, Jawa Barat, Minggu, 3 Juli 2016.
Seperti dikatakan Gunawan, kemacetan terjadi jelang memasuki kawasan Nagreg. Tepatnya sesudah kawasan Cicalengka. Petugas pun berupaya mengurai kemacetan dengan menutup jalan ke arah Tasikmalaya, dan membuang arus ke arah Garut.
Antrean kendaraan pemudik di jalur Nagreg, ternyata terjadi sejak H-7 Lebaran. Tercatat sebanyak 350 ribu kendaraan pemudik melintas di jalur Nagreg. Angka tersebut merupakan jumlah total kendaraan pemudik dari H-7 sampai H-3 Lebaran.
Menurut anggota Tim Penghitungaan Kendaraan Nagreg Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung, Rudi Firmansyah, jumlah pemudik yang dicatat ini merupakan pengguna jalan tetap setiap tahunnya untuk melakukan perjalanan ke arah Selatan Kota Bandung.
"Dominasi masih tetap oleh kendaraan sepeda motor dan kendaraan pribadi secara kasat mata. Sepeda motor hampir setengahnya lebih, yaitu 62,97 persen. Di peringkat kedua ada kendaraan pribadi di 31,53 persen," ucap Rudi di Posko Pengendalian dan Penghitungan Arus Nagreg, Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung, Minggu, 3 Juli 2016.
Tantangan Berat Pemudik
Tantangan berat memang menghadang para pemudik dari Jakarta dan sekitarnya. Kemacetan hebat terjadi di akses-akses keluar Jawa Barat, dan jalanan di kota-kota berikutnya. Sampai di kampung halaman, lelah perjuangan itu sirna.
Di Solo, Jawa Tengah, misalnya, jumlah pemudik yang tiba di Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah hingga H-4 telah mencapai 101.775 orang. Puncak kedatangan pemudik diperkirakan terjadi pada Minggu malam 3 Juli 2016.
Pantauan Liputan6.com di Terminal Tirtonadi, bus yang mengangkut para pemudik dari arah barat tidak begitu banyak yang masuk ke Terminal Tirtonadi, Solo hingga Minggu siang. Hal ini disebabkan macetnya jalur Brebes, sehingga menyebabkan kedatangan bus di Tirtonadi menjadi molor.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Terminal Tirtonadi, Solo, Eko Agus Susanto mengatakan jumlah pemudik yang masuk ke Terminal Tirtonadi hingga H-4 lebaran mencapai 101.775 orang. Sedangkan jumlah bus yang masuk ke terminal mencapai 8.118 armada.
"Dari jumlah kedatangan pemudik paling banyak pada H-4 yang mencapai 28.260 orang, disusul pada H-6 sekitar 27.305 orang, kemudian pada H-5 jumlahnya mencapai 25.702 pemudik serta H-7 mencapai 20.508 pemudik," kata dia di Terminal Tirtonadi, Solo, Minggu, 3 Juli 2016.
Sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi, menurut dia, jumlah kedatangan pemudik di Terminal Tirtonadi tidak sebanyak pada hari sebelumnya. Hal ini disebabkan terjadinya kemacetan di jalur Pantura Brebes yang menyebabkan terjadinya keterlambatan kedatangan dari jadwal awal.
"Hingga Minggu siang saja rombongan mudik gratis yang diberangkatkan dari Jakarta, Sabtu kemarin pukul 10.00 WIB saja belum tiba. Yang datang baru rombongan yang lewat jalur selatan," ucap dia.
Hingga H-4 Lebaran, jumlah bus yang telah tiba di Terminal Tirtonadi mencapai 8.118 bus. Jumlah tersebut terdiri dari bus reguler dan bus angkutan gratis yang disewa sejumlah instansi u‎ntuk mengangkut para pemudik. Untuk bus-bus mudik gratis telah terpantau mengalami kenaikan sejak H-6 hingga H-4 Lebaran.
"Kelihatannya nanti akan terjadi puncak kedatangan karena yang macet di Brebes kemungkinan akan tiba di terminal pada malam nanti," ujar dia.
Sampai Stasiun Tugu
Sementara itu ribuan pemudik yang menggunakan moda transportasi kereta api telah tiba di Stasiun Tugu sejak Sabtu 2 Juli 2016. Dari ribuan pemudik itu, mayoritas merupakan pemudik yang datang dari wilayah bagian timur.
Kepala Daop VI, Hendy Helmy, mengungkapkan pemudik sudah mulai berdatangan sejak Sabtu 2 Juli 2016 kemarin di wilayah Jogja dan Solo. Jumlah kedatangan terlihat naik signifikan dibandingkan jumlah keberangkatan.
"Kemarin pemudik sudah mulai berdatangan. Dari jumlah itu justru yang paling mencolok adalah peningkatan jumlah penumpang dengan kedatangan dari wilayah timur. Jumlahnya bisa mencapai 12.000 penumpang per hari. Sementara jumlah penumpang dengan keberangkatan dari Daop VI bisa mencapai 6.000-7.000 penumpang per hari," dia menjelaskan di Stasiun Balapan Solo, Minggu, 3 Juli 2016.
Ia memastikan jika jumlah pemudik yang menggunakan moda transportasi naik. Persentase kenaikan bisa mencapai 10-20 persen penumpang yang berangkat maupun yang tiba di wilayah Daop VI.
"Sulit untuk mengukur peningkatan jumlah penumpang per hari jika dibandingkan tahun lalu. Karena jatuhnya tanggal Lebaran itu beda. Tapi yang pasti lonjakan penumpang ini kentara terlihat di hari Sabtu dan Minggu," Hendy menjelaskan.
Untuk mengantisipasi kenaikan jumlah penumpang kereta, ia mengoperasikan 16 kereta ekstra. "Kereta ekstra itu untuk arus mudik dan balik Lebaran dengan tujuan dan keberangkatan di wilayah Solo dan Jogja (Daop VI)," kata Hendy Helmy.
Advertisement
Tradisi Mudik Lebaran
Lebaran adalah satu di antara momentum bagi umat Islam untuk mudik atau pulang kampung. Ternyata, tradisi mudik Lebaran untuk berkumpul bersama keluarga dan mengucapkan selamat Idul Fitri ini tidak tergantikan meski dengan beragam alat komunikasi yang semakin canggih.
"Orang-orang rela antre, berdesak-desakan serta macet panjang demi bisa melaksanakan tradisi pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga saat Lebaran," tulis blogger Wiwik Setiawati yang dikutip Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Fenomena mudik Lebaran di Indonesia memang unik dan jarang ditemukan di negara lain. Sekitar satu pekan sebelum Hari Kemenangan, para perantau berbondong-bondong meninggalkan Ibu Kota dan kembali ke kampung halaman.
Mudik secara khusus memang ditujukan untuk momentum pulang kampung saat Lebaran saja. Sedangkan pulang kampung yang dilakukan pada hari biasa, tidak mendapat sebutan mudik.
Dahulu antara mudik dan Lebaran tidak memiliki kaitan satu sama lain. Dalam bahasa Jawa ngoko, mudik berarti 'mulih dilik' yang berarti pulang sebentar saja.
Namun, pengertian mudik saat ini dikaitkan dengan kata 'udik' yang artinya kampung, desa atau lokasi yang menunjukan antonim dari kota. Lantas pengertian ini ditambah menjadi 'mulih udik' yang artinya kembali ke kampung atau desa saat Lebaran.