Liputan6.com, Jakarta - Orangtua korban vaksin palsu sepakat membentuk Aliansi Korban Vaksin Palsu. Mereka juga membuka crisis center di lobi RS Harapan Bunda (Harbun), Jakarta Timur, mulai Minggu (17/7/2016).
Crisis center dibuka untuk mengumpulkan data orangtua yang memvaksinkan anaknya di rumah sakit tersebut. Setelah posko pengaduan dari RS tutup, para orangtua bersyukur dengan adanya crisis center itu.
"Untuk mengumpulkan data soliditas korban. Ini didukung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan Kontras," ujar perwakilan Aliansi Korban Vaksin Palsu Andi di RS Harapan Bunda.
Advertisement
Berbeda dengan posko yang dibuat pihak rumah sakit, crisis center ini dibuka sejak pukul 9.00 WIB hingga 21.00 WIB dan akan terus dibuka hingga waktu yang belum ditentukan di lobi RS Harapan Bunda.
Rencananya, data-data orangtua korban vaksin di RS Harapan Bunda yang terkumpul akan di bawa ke ranah hukum dengan bantuan dari YLBHI. Mereka menuntut pertanggungjawaban pihak RS yang telah menggunakan vaksin palsu.
"Kemarin kami dapat arahan dari YLBHI untuk melakukan tuntutan. Yang kami tuntut hanyalah pertanggungjawaban mereka atas vaksin palsu yang dimasukkan ke anak kami," ujar dia.
Hingga pukul 14.00 WIB, puluhan orangtua masih ramai mendaftar di crisis center dan membuat surat pernyataan bermaterai 6.000. Mereka mengumpulkan kelengkapan data, yakni fotokopi KTP orangtua, fotokopi isi buku imunisasi, fotokopi kartu berobat, fotokopi kartu keluarga.
Aliansi Korban Vaksin Palsu menuntut pihak RS Harapan Bunda bertanggung jawab memenuhi tujuh tuntutan mereka. Di antaranya menerbitkan daftar pasien yang diimunisasi di RS Harapan Bunda periode 2003 sampai 15 Juli 2016, Melakukan medical check up yang seluruh biaya ditanggung RS Harapan Bunda dan mempersiapkan vaksin ulang secara gratis.
"Kami mau anak kami di-check up dan vaksin ulang," ujar Hudayati, salah satu orangtua korban.