Liputan6.com, Jakarta - Posko pengaduan pasien korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur sudah tutup pukul 12.00 WIB. Namun, para orangtua korban masih ramai mendatangi Crisis Center yang dibuat aliansi orangtua korban vaksin palsu itu.
Hediyana, salah satu orangtua korban vaksin palsu mempertanyakan sepinya RS Harapan Bunda sejak Minggu siang.
Baca Juga
"Dokternya nggak ada yang kelihatan, pada kemana semua? Lari dari tanggung jawab?" tanya warga Kampung Tengah itu di Posko RS Harapan Bunda, Minggu (17/7/2016).
Advertisement
Anaknya yang kini berusia tiga tahun mendapatkan vaksin pada akhir 2013 lalu di RS Harapan Bunda. Seperti korban lain, Hediyana menuntut RS membuka daftar nama anak yang mendapat vaksin palsu.
"Saya dan kebanyakan orangtua ingin anak kami dicek dan diberi vaksin ulang gratis," ujar dia.
Menurut Hediyana, pada 2013 lalu dia mengeluarkan uang Rp 650 ribu untuk vaksin hepatitis B. Sedangkan anaknya yang kecil, diberi vaksin oleh dokter yang juga bertugas di RS Harapan Bunda.
"Anak saya yang kecil memang tidak divaksin di sini, tapi di klinik dokter yang juga bertugas di sini. Saya takut obatnya juga palsu," ucap Hediyana cemas.
Menurut dia, anaknya yang kecil berusia 8 bulan. Dia pun bercerita bahwa usai diberi vaksin dari dokter, anaknya demam tinggi selama dua hari. "Saya nggak tahu itu karena vaksin palsu atau tidak," kata Hediyana.
Sementara itu, 270 bayi di RS Harapan Bunda disebut terindikasi terpapar vaksin palsu produksi CV Azka Medica. Bayi-bayi tersebut lahir pada periode Maret hingga Juni 2016 dan sebagian ditangani proses vaksinasinya oleh dokter Indra, tersangka pemberi vaksin palsu yang kini sudah ditahan Bareskrim Polri.
Di antara 270 bayi yang terindikasi, 44 bayi sudah dipastikan menggunakan vaksin palsu yang diduga dibuat melalui proses tak higienis. Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bareskrim telah menjadwalkan pemberian vaksin ulang kepada 44 bayi tersebut mulai Senin 18 Juli 2016.