Liputan6.com, Mekah - Para jemaah haji Indonesia mulai menyesaki jalan menuju lokasi Jamarat di Mina, Arab Saudi. Mereka sengaja melontar jumrah pada pagi hari untuk mengambil nafar awal pada 12 Zulhijah, usai melontar jumrah ula, wustha, dan kubro.
Mereka kemudian menuju Masjidil Haram untuk melakukan tawaf ifadah (tawaf wajib) dan sai. Kemudian dilanjutkan tahalul atau memotong rambut, sebagai bagian akhir rangkaian ibadah haji.
Bagi jemaah haji yang mengambil nafar awal, harus meninggalkan Mina sebelum matahari tenggelam atau waktu magrib. Untuk itu, di antara mereka ada yang sekaligus membawa tas pribadi, agar mereka bisa langsung kembali ke hotel di Mekah.
Advertisement
Ketua Daerah Kerja (Daker) Mekah, Arsyad Hidayat, mengatakan sesuai perencanaan awal, para jemaah haji yang mengambil nafar awal dan nafar sani atau akhir, berimbang. Namun angka itu masih tentatif.
"Ada kecenderungan sebagian ngambil nafar awal. Jumlahnya bertambah. Tapi data itu masih berimbang," ujar Arsyad di Mekah, Arab Saudi, Rabu (13/9/2016).
Di Mina, para jemaah haji menginap di tenda-tenda yang disediakan dengan fasilitas yang seadanya. Termasuk untuk urusan buang air, para jemaah harus sabar mengantre lantaran keterbatasan ketersediaan kamar mandi.
"Mungkin (alasan ambil nafar awal) karena jemaah di tenda pada ke toilet harus antre panjang. Sedangkan di hotel lebih nyaman," kata Arsyad.
Pelajaran Tragedi Mina
Asryad mengungkapkan, secara umum pelaksanaan lontar jumrah pada hari pertama dan kedua, masih on the track atau sesuai aturan yang ditetapkan Arab Saudi.
"Selain itu juga ada semangat dari jemaah agar tahun ini berjalan dengan rapi dan teratur. Karena mereka tahu betul risiko kalau seandainya melontar jumrah di luar waktu yang tidak ditentukan," kata dia.
Menurut Arsyad, tragedi Mina pada tahun lalu dinilai telah menjadi pelajaran berharga bagi semua jemaah haji. Mereka tak ingin kejadian itu terulang.
"Itu masih terngiang betul kejadian tahun lalu. Karena jemaah yang tidak taat terhadap jadwal lontar, sehingga terjadi musibah Mina. Itu jadi memori yang melekat di jemaah," pungkas Arsyad.
Ratusan jemaah haji dari berbagai negara, termasuk asal Indonesia menjadi korban jiwa Tragedi Mina pada haji 2015. Selain jadwal pelaksanaan lontar jumrah berbarengan, cuaca panas diduga menjadi penyebab jemaah kelelahan hingga wafat terinjak-injak jemaah lain.