Sigi: Hitam Putih Layanan BPJS

Layanan kesehatan yang murah dan berkualitas tentu menjadi harapan setiap orang.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Okt 2016, 02:41 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2016, 02:41 WIB
BPJS
Layanan kesehatan yang murah dan berkualitas tentu menjadi harapan setiap orang.

Liputan6.com, Jakarta - Layanan jaminan kesehatan berbasis asuransi tanggung renteng atau BPJS yang hadir awal 2014, begitu banyak diharapkan masyarakat luas. Namun jaminan kesehatan yang sudah disiapkan pemerintah ini, masih belum memberikan manfaat maksimal bagi pemegang kartu BPJS.

Dari sebuah video yang diambil di sebuah rumah sakit di Jakarta, terlihat seorang pria tengah menunggu istrinya melahirkan. Namun, ini bukan momen bahagia yang diharapkan karena kelainan yang diderita sang bayi di dalam kandungan.

Adalah Cece Setia Mutamar, relawan salah satu lembaga sosial yang mendampingi dan mengikuti perkembangan kondisi ibu dan janin yang menderita di bagian kepala.

Dua tahun sudah Cece menjadi relawan. Namun baru kali ini dia menangani kasus yang benar-benar langka.

Bagi Cece, menjadi relawan tentu bukan tanpa alasan. Ia mengaku memiliki rasa iba terhadap para warga yang memiliki kesulitan ekonomi dan dalam mendapatkan layanan BPJS.

Sementara di salah satu sudut di Kota Jakarta, Darius mengantar seorang klien yang pernah diadvokasi. Ia ingin mengetahui perkembangan si klien pascaoperasi usus buntu yang dilakukan beberapa waktu lalu.

Menurut Dewi, salah seorang peserta BPJS yang menjadi klien Darius, dirinya mendapat pelayanan kurang memuaskan dari pihak rumah sakit tempatnya melakukan operasi usus buntu yang dideritanya.

Kasus bu Dewi dan pasien sebelumnya merupakan sebagian kecil layanan BPJS yang terjadi di sejumlah wilayah.

Tim Sigi pun ingin membuktikan bagaimana layanan Kartu BPJS Kesehatan. Kami mendatangi salah satu rumah sakit berpelat merah di wilayah Jakarta Timur.

Belum jam lima pagi, aktivitas di rumah sakit itu sudah mulai ramai. Khususnya di loket pengambilan nomor antrean berobat jalan untuk kelas 1 dan 2.

Antrean nampak dari barang bawaan pasien untuk menandakan kedatangan awal mereka, sebelum loket itu resmi dibuka pukul 06.30. Keluhan pun muncul dari beberapa pasien yang menggunakan layanan Kartu BPJS.

Sementara begitu tepat pukul 06.30, pintu antrean dibuka. Kali ini antrean yang dibuka terlebih dahulu khusus pasien lanjut usia. Tapi ternyata, para pasien tidak bisa langsung berobat ke poliklinik yang dituju.

Poliklinik sendiri baru beroperasi pukul 08.00. Pasie-pasien itu harus kembali menunggu.

Di tengah kerumunan pasien rawat jalan yang menggunakan layanan Kartu BPJS Kesehatan, salah seorang keluarga membawa bayi yang masih terlihat merah.

Pasien itu salah satu yang merasa diuntungkan dengan kehadiran BPJS Kesehatan. Satu minggu lalu ia digratiskan dari segala pembiayaan proses Caesar anak keduanya.

Problem seputar layanan yang diterima peserta layanan BPJS Kesehatan bukanlah kesalahan pihak penyelenggara semata. Lemahnya edukasi tata cara penggunaan hak BPJS Kesehatan menjadi salah satu peluang penyalahgunaan wewenang. Untuk itu Darius bersama relawan BPJS gencar mensosialisasikan tata cara penggunaan layanan BPJS ke masyarakat.

Sementara itu, layanan kesehatan yang murah dan berkualitas tentu menjadi harapan setiap orang. Adanya layanan BPJS sangat membantu, utamanya bagi masyarakat yang kurang mampu.

Namun sosialisasi tata cara penggunaan layanan BPJS maupun perbaikan layanan menjadi hal krusial yang perlu diprioritaskan. Hal ini agar layanan BPJS memiliki manfaat yang optimal bagi penggunaannya.

Simak penelusuran selengkapnya dalam tayangan Sigi SCTV edisi Sabtu (1/10/2016) di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya