Liputan6.com, Jakarta - Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Kepulauan Seribu selama sepekan terakhir membuat para nelayan di Pulau Lancang dan Pulau Pari tak bisa melaut.
"Sudah seminggu kita tak melaut. Kita isi waktu melaut dengan merawat jaring dan memasang bubu rajungan saja," kata Basri (31), nelayan Pulau Lancang, Rabu 7 Desember 2016 seperti dilansir dari beritajakarta.
Menurut Basri, penghasilan dari mencari ikan melalui rajungan tidak menentu dan tak sebesar hasil dari melaut. Ia pun terpaksa pasrah menunggu hingga cuaca ekstrem berakhir.
Advertisement
"Sehari dua kali kita pasang bubu. Ini untuk menutup penghasilan selama tidak melaut," ucap dia.
Basri menuturkan, musim angin barat belakangan ini merupakan siklus cuaca yang sudah biasa dihadapi para nelayan. "Kita sudah mengantisipasinya dengan menabung dari jauh-jauh hari," kata Basri.
Kantor Penanggulangan Bencana Kabupaten (KPBK) Kepulauan Seribu memprediksi cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga awal Januari 2017. Hal ini akan berpengaruh terhadap gelombang tinggi di kawasan Kepulauan Seribu.
"Cuaca ekstrem disertai gelombang tinggi 2-3 meter masih akan terjadi hingga awal Januari, dan warga Kepulauan Seribu tetap harus waspada," ujar Kepala KPBK Kepulauan Seribu, Muhammad Ali.
Dia mengatakan, warga harus terus memperbarui kondisi cuaca setiap hari. Perangkat kelurahan atau kecamatan juga diharapkan harus memberikan informasi kepada warga.
"Kalaupun bisa beraktivitas melaut saat cuaca baik, tetap harus mengutamakan keselamatan dengan menggunakan ring buoy dan life jacket. Karena jika cuaca buruk datang tiba-tiba, dapat menyelamatkan diri," Ali menandaskan.