Delapan Tahun Tinggal di Kerangkeng Bambu

Sejak berusia tiga tahun, seorang bocah berumur 11 tahun di Lampung Selatan dikerangkeng karena mengalami gangguan kejiwaan. Lagi-lagi kemiskinan menjadi penghalang untuk mendapat pengobatan.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Jun 2010, 06:29 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2010, 06:29 WIB
100618akerangkeng.jpg
Liputan6.com, Lampung Selatan: Dalam kerangkeng bambu dekat kandang sapi, Wahyu menghabiskan hari-harinya. Jangankan bersekolah, sejak delapan tahun lalu, warga Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, ini tidak bisa lagi menikmati masa bahagianya bersama teman sebayanya. Keterbelakangan mental memaksa kedua orangtuanya mengisoliasi bocah 11 tahun itu.

Saat berusia tiga tahun, putra pasangan Sugeng dan Pingatin ini jatuh pingsan di depan rumah. Sejak peristiwa itulah Wahyu dinyatakan dokter mengalami gangguan mental. "Intinya saraf otak yang terganggung," kata Sugeng kepada SCTV, Kamis (17/6).

Meski upaya pengobatan alternatif telah dilakukan, kebiasaan Wahyu melukai diri sendiri tidak bisa hilang. Bahkan, ia kerap keluar rumah tanpa arah hingga terpaksa tinggal di dalam kerangkeng bambu. Bila malam tiba, Wahyu dimasukan ke kamar dengan kondisi tangan terikat.

Menurut Sugeng, Wahyu pernah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Lampung. Sayang keterbatasan ekonomi membuat keluarga membawa Wahyu pulang dan membiarkan hidup dalam kerangkeng bambu. Kini, Sugeng  dan Pingatin berharap ada dermawan yang bersedia membantu untuk kesembuhan Wahyu.(BOG)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya