Liputan6.com, Lampung Selatan: Dalam kerangkeng bambu dekat kandang sapi, Wahyu menghabiskan hari-harinya. Jangankan bersekolah, sejak delapan tahun lalu, warga Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, ini tidak bisa lagi menikmati masa bahagianya bersama teman sebayanya. Keterbelakangan mental memaksa kedua orangtuanya mengisoliasi bocah 11 tahun itu.
Saat berusia tiga tahun, putra pasangan Sugeng dan Pingatin ini jatuh pingsan di depan rumah. Sejak peristiwa itulah Wahyu dinyatakan dokter mengalami gangguan mental. "Intinya saraf otak yang terganggung," kata Sugeng kepada SCTV, Kamis (17/6).
Meski upaya pengobatan alternatif telah dilakukan, kebiasaan Wahyu melukai diri sendiri tidak bisa hilang. Bahkan, ia kerap keluar rumah tanpa arah hingga terpaksa tinggal di dalam kerangkeng bambu. Bila malam tiba, Wahyu dimasukan ke kamar dengan kondisi tangan terikat.
Menurut Sugeng, Wahyu pernah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Lampung. Sayang keterbatasan ekonomi membuat keluarga membawa Wahyu pulang dan membiarkan hidup dalam kerangkeng bambu. Kini, Sugeng dan Pingatin berharap ada dermawan yang bersedia membantu untuk kesembuhan Wahyu.(BOG)
Saat berusia tiga tahun, putra pasangan Sugeng dan Pingatin ini jatuh pingsan di depan rumah. Sejak peristiwa itulah Wahyu dinyatakan dokter mengalami gangguan mental. "Intinya saraf otak yang terganggung," kata Sugeng kepada SCTV, Kamis (17/6).
Meski upaya pengobatan alternatif telah dilakukan, kebiasaan Wahyu melukai diri sendiri tidak bisa hilang. Bahkan, ia kerap keluar rumah tanpa arah hingga terpaksa tinggal di dalam kerangkeng bambu. Bila malam tiba, Wahyu dimasukan ke kamar dengan kondisi tangan terikat.
Menurut Sugeng, Wahyu pernah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Lampung. Sayang keterbatasan ekonomi membuat keluarga membawa Wahyu pulang dan membiarkan hidup dalam kerangkeng bambu. Kini, Sugeng dan Pingatin berharap ada dermawan yang bersedia membantu untuk kesembuhan Wahyu.(BOG)