Liputan6.com, Jakarta - Amarulloh Adityas Putra atau Amar tidak pernah menyangka adik kembarnya, Amirullah Adityas Putra atau Amir mendahuluinya pergi menghadap Sang Pencipta.
Amar mengisahkan, di malam peristiwa penganiayaan itu dia merasakan firasat kuat. Dia mengaku tidak bisa tidur dan ingin sekali dapat melihat Amir dari dekat.
Kemudian, Amar melanjutkan, perasaan itupun akhirnya menuntunnya mengambil sebuah foto Amir. Dalam bingkai foto itu, Amir mengenakan seragam STIP kebanggaannya.
Advertisement
"Pas malam Selasa itu saya kebangun dan saya lihatin foto dia (Amir) pakai seragam aja. Itu sampai dinihari saya terus lihatin itu foto, nggak tahu kenapa saya nggak mau aja malingin mata saya dari foto. Cuman kok campur aduk perasaan saya. Hawanya beda, emang kan dia bangga sekali dengan seragam (STIP) itu," kata Amar saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta Utara, Kamis (12/1/2017).
Seperti tak mau lepas memandang wajah Amir, dia mengaku sampai tertidur sambil memegang bingkai foto sang adik. Padahal saat itu dia mengaku ingin sekali mendengar suara Amir.
Perasaan campur aduk Selasa malam itu pun akhirnya mendapat jawaban pada Rabu 11 Januari sekitar pukul 03.00 WIB dinihari. Pihak Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara, menghubungi pihak keluarga dan menyatakan sang adik telah tiada.
"Mau telepon denger suaranya kan nggak bisa, dia kan nggak boleh pegang HP. Dapat kabar jam 03.00 WIB dari STIP. Shock saya langsung lemes. Ya nggak nyangka masih minggu lalu saya anterin dia ke sekolah. Firasat Selasa malam itu ternyata bisa pas, itu saya tahu pas baca media online aja soal kronologinya dia sampai meninggal," beber Amar.
Amir Kebanggaan Keluarga
Amar dan Amir merupakan kembaran yang lahir pada 25 Mei 1998. Keduanya bercita-cita ingin menjadi pelaut. Keinginan itu menular dari sang kakek dan kakak pertamanya yang bernama Laksamana Erwin Adityas Putra. Amar dan Amir bersama-sama mendaftar ke STIP. Keduanya pun melewati serangkain tes bersama-sama.
Tapi Amar dinyatakan tidak lulus saat tes kesehatan. Lalu Amar melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Maritim (STIMAR AMI/ASMI) di Pulo Mas, Jakarta Timur.
"Dia (Amir) itu kebanggaan keluarga. Hanya dia yang bisa masuk STIP. Itu kan negeri. Kakak saya Erwin juga nggak lolos," pungkas Amar sambil menahan tangis.
Penyidik Polres Jakarta Utara menetapkan lima senior STIP sebagai tersangka kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan taruna Amirulloh Aditya Putra atau Amir, Selasa 10 Januari kemarin malam.
Kelima tersangka itu adalah SM, WH, IS, AR, dan JK. Namun untuk tersangka inisial JK, dari hasil pemeriksaan tidak terkait penganiayaan langsung dengan korban Amir. Tapi tersangka JK diduga kuat ikut menganiaya lima teman angkatan korban Amir lainnya.
"Jadi ada enam taruna korban termasuk korban Amir yang meninggal. Total 5 tersangka. Untuk tersangka JK dari hasil pemeriksaan awal hanya menganiaya yang 5 rekan Amir," kata Kapolres Jakarta Utara Kombes Awal Chairudin di kantornya, Jakarta Utara.
Ia melanjutkan, berdasarkan hasil autopsi yang dilakukan RS Polri Kramatjati dan diterima penyidik Polres Metro Jakarta Utara, korban Amirullah tewas lantaran menderita pendarahan di beberapa organ vitalnya. Sementara kelima korban lainnya mengalami luka lebam akibat penganiayaan.
"Ada bercak serapan darah atau pendarahan di paru-paru, jantung, dan kelenjar liur di usus korban Amir. Kelima rekannya dalam keadaan luka, memar-memar di tubuh," tambah Awal.
Kelima pelaku dijerat dengan Pasal 170 Sub 351 Ayat 3 KUHP dengan ancaman pidana 12 tahun penjara. "Kelima pelaku masih kami lakukan penyidikan lebih lanjut," tandas Awal.