Menag Lukman: Waspadai Hoax Agar Tak Terseret Perpecahan

Lukman bercerita fitnah besar di mana Khalifah Usman dan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang terbunuh karena berita bohong atau hoax.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Jan 2017, 06:23 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2017, 06:23 WIB
20161108-Menag-Buka-Munas-ke-VIII-LDII-HEL
Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin (tengah) saat tiba untuk membuka Munas VIII Lembaga Dakwah Islam Indonesia di Jakarta, Selasa (8/11). Munas bertujuan membangun perpektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Serang - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak anak bangsa menanggapi perkembangan globalisasi dengan bijak. Menurut dia, kemajuan teknologi informasi harus syukuri sebagai nikmat.

"Informasi dengan cepat menyebar seakan dunia ini kini tanpa batas. Kita harus waspada akan sisi negatif globalisasi ini. Kita butuh ketelitian, kearifan, kebijaksanaan untuk mencerna informasi agar tidak tidak terseret permusuhan dan perpecahan," ujar Lukman pada Tablig Akbar dan Peletakan Batu Pertama Ponpes Shohibul Muslimin (Parmusi Center), Serang, Minggu 22 Januari 2017.

Di hadapan tokoh masyarakat dan santri, Lukman bercerita fitnah besar di mana Khalifah Usman dan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang terbunuh karena berita bohong atau hoax. Usman dibunuh seorang muslim yang hafiz karena berita hoax. Dia diisukan melalukan KKN, yakni nepotisme yang mementingkan familinya saja, tanpa tabayyun atau klarifikasi atas berita tersebut.

Sahabat Ali juga terbunuh oleh muslim juga karena salah paham, oleh berita fitnah tak berdasar. Dampaknya, kata Menag, karena beda tafsir lalu berimplikasi pada perkembangan umat Islam hingga kini, baik dibidang syariah, aqidah, tasawuf dan lain sebagainya.

"Karenanya, mari kita jaga Indonesia kita," ajak Lukman seperti dikutip dari kemenag.go.id.

Kunjungan kerja Lukman ke Banten dalam rangka peletakan batu pembangunan Pondok Pesantren Shohibul Muslimin yang berada di Tanjung Teja Kabupaten Serang. Ponpes tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 25 hektar yang bisa menampung kurang lebih 1.000 santri dengan model boarding school.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya