Antisipasi Banjir, BNPB dan MIT Luncurkan Aplikasi Petabencana

Aplikasi tersebut memuat peta kebencanaan soal banjir, yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 01 Feb 2017, 18:33 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2017, 18:33 WIB
Peluncuran petabencana.id
Peluncuran petabencana.id

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) Urban Risk Lab meluncurkan aplikasi petabencana.id. Aplikasi tersebut memuat peta kebencanaan soal banjir, yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hal itu merupakan upaya pemerintah dalam rangka mengajak warga lebih aktif dalam melaporkan bencana banjir yang terjadi di sekitarnya. Terlebih, pada akhir Januari hingga Februari 2017 ini merupakan puncak musim hujan, sehingga diprediksikan ada peningkatan banjir, longsor, dan puting beliung.

"Saat ini kekuatan media sosial sangat berkembang pesat. Sejalan dengan perkembangan media sosial dan teknologi digital, BNPB dan MIT mengembangkan aplikasi pertama di dunia yang melibatkan masyarakat secara real time. Masyarakat juga sekaligus dapat mengakses informasi kebencanaan tersebut," tutur Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (1/2/2017).

Sutopo menyebut, saat ini platform khusus penanggulangan bencana banjir itu menjangkau dan baru fokus di kawasan kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Bandung, dan Surabaya. Hal itu sebagai langkah awal dengan melihat aktifnya para pengguna sosial media di daerah tersebut.

"Pengguna dapat mengunjungi www.petabencana.id untuk mengakses informasi banjir terkini di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung. Pengguna juga dapat secara aktif melaporkan keadaan banjir di wilayahnya secara real time. Namun laporan tersebut akan diverifikasi dan disebarkan secara langsung melalui peta publik," jelas dia.

Target 50 Juta Pengakses

BNPB menargetkan, dengan aktifnya masyarakat bersosial media, dari kota-kota besar itu akan ada sekitar 50 juta jiwa penduduk yang menggunakan aplikasi tersebut.

"Untuk Jabodetabek 31 juta jiwa akan menggunakan platform ini. Bandung target 9 juta jiwa. Surabaya kemudian. Mengapa kota-kota ini? Karena nantinya akan dikaitkan dengan program Smart City. CCTV dikoneksikan semua nanti. Target kita 50 juta jiwa dan ini menjadi pertama di dunia," terang Sutopo.

Co-Director petabencana.id dan Peneliti MIT Urban Risk Lab Etienne Turpin menambahkan, dalam penerapannya, masyarakat dapat melaporkan situasi banjir di sekitar dengan aplikasi yang sudah terintegrasi dengan petabencana.

Pengguna Twitter cukup mengirim tweet ke @petabencana dengan #banjir dan BencanaBot akan otomatis memandu pengguna untuk mengisi laporan. Kemudian untuk Telegram, dapat melaporkan dengan mengirim pesan "/banjir" ke @BencanaBot, yang akan membantu pengguna membuat laporan.

Dari situ, warga juga dapat menambahkan deskripsi, upload foto, tinggi banjir, dan detail lokasi dalam laporan.

"Petabencana satu-satunya platform yang dapat mengintegrasikan berbagai kanal media sosial yang populer. Selain Twitter dan Telegram, saat ini kami bekerja sama dengan Qlue, PasangMata, Z-alert dan mitra lain," ujar Etienne Turpin.

Petabencana.id tidak hanya mengumpulkan laporan hasil crowd sourcing dari media digital, tapi juga soal informasi terkait infrastruktur bencana. Peta dapat menampilkan tinggi muka air di pintu air dan lokasi pompa terdekat sebagai layer, sebagai gambaran lebih menyeluruh tentang situasi banjir.

"Kerja sama ini dapat real time langsung melaporkan. Dapat juga digunakan terkait masalah kemacetan, pemadaman listrik, dan penutupan jalan," pungkas Etienne Turpin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya