Mensos Khofifah: Jangan Anggap Sepele Kekerasan Anak

Khofifah mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kasus kekerasan seksual terjadi.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Mar 2017, 06:36 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2017, 06:36 WIB
Mensos Khofifah
Mensos Khofifah

Liputan6.com, Jombang - - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak tidak bisa dianggap sepele. Kekerasan, entah itu terkait fisik maupun psikis, memiliki dampak yang sama fatalnya bagi kesehatan jasmani dan mental anak.

Hal tersebut disampaikan Khofifah saat Deklarasi "Stop Kekerasan Terhadap Anak" di Kabupaten Jombang, Minggu 5 Maret 2017. Acara yang digelar dikediaman Advokat Ahmad Rifai ini dihadiri ratusan pelajar SMP, SMA, dan santri dari sejumlah pondok pesantren.

Menurut Khofifah, dampak kekerasan pada anak mungkin tidak terlihat dalam waktu dekat. Namun, seiring berjalannya waktu, dampak dari kekerasan pada anak ini akan terlihat sangat jelas.

Dia mengatakan, beberapa hasil riset menyebutkan, anak-anak yang mengalami trauma kekerasan apapun bentuknya, akan tumbuh dengan berbagai masalah perilaku, mulai kecemasan, depresi, agresi, hingga pemberontakan.

"Tidak jarang yang sebelumnya menjadi korban bertransformasi menjadi pelaku. Trauma masa lalu yang menjadi penyebabnya," kata Khofifah dalam keterangan tertulisnya.

Kekerasan Seksual Anak Marak

Khofifah mengatakan, sebagian besar kasus kekerasan seksual terjadi karena beberapa faktor di antaranya konten video porno, minuman keras dan narkoba serta pergaulan. Karena itu, langkah preventif yang harus dilakukan adalah dengan memutus dari hulu.

"Akses informasi yang mudah dan teknologi yang semakin canggih memudahkan anak-anak dalam mengakses konten pornografi dan pola pergaulan yang kurang positif. Ini warning bagi semua orangtua, jangan cuek dan gagap teknologi," ujar dia.

Dia mengatakan, orangtua tidak jarang membiarkan anak berkomunikasi via media sosial tanpa pengawasan lantaran gaptek. Alhasil, tidak sedikit anak berkenalan dengan predator seksual, dijebak, dirayu, digoda, sehingga menjadi korban kejahatan seksual.

Hal lain yang menjadi tantangan dalam memerangi kasus kekerasan seksual anak adalah masyarakat Indonesia yang cenderung permisif. Tidak sedikit masyarakat yang enggan melaporkan kasus kekerasan seksual ke aparat penegak hukum karena beberapa kasus pelakunya justru anggota keluarga sendiri.

"Padahal yang terjadi sangat mungkin lebih banyak. Kebanyakan pelaku kekerasan seksual terhadap anak terkait inses adalah ayah, kakak, dan paman korban," ujar Khofifah.

Olah karena itu, Khofifah mengajak seluruh pihak mengambil peran dalam upaya memerangi kekerasan seksual anak. Ia juga mendorong agar keluarga sebagai ujung tombak ketahanan nasional terus mengawal pola tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya