Liputan6.com, Jakarta Sulitnya mendapatkan air bersih, merupakan salah satu permasalahan yang hadapi warga DKI Jakarta. Air merupakan sumber kehidupan yang teramat penting, untuk mengatasi permasalahan tersebut, Cagub DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok, mengatakan bahwa dirinya saat ini masih mengusahakan air bersih untuk seluruh warga DKI Jakarta. Salah satu cara yang akan dilakukan oleh Ahok adalah dengan melakukan penggabungan air limbah dengan air bersih.
"Kita sudah lakukan sekarang, bukan trobosan. Yang akan datang mau penggabungan antara air limbah dan air bersih. Kita sudah selesai membuat infrastrukrut dimana pengolahan air limbahnya, apa kita kerjasama swasta atau jual saham atau BUMD yang bangun, lalu kita beli pelan-pelan. Kita ingin pengolahan air limbah untuk air bersih," ujar Ahok.
Baca Juga
Ahok juga mengatakan, saat ini Pemprov DKI sedang memperbanyak jumlah waduk di Jakarta. Namun permasalahannya adalah waduk-waduk tersebut belum sepenuhnya dapat dibangun. Sementara waduk yang sudah ada saat ini akan digunakan Pemprov DKI untuk mengelola air limbah menjadi air bersih. Salah satunya adalah waduk Pluit dan waduk Setiabudi.
Advertisement
"Semua ada tahapannya. Yang pasti orang Jakarta pasti dapat air bersih, harus pasang pipa air limbah. Kalau nggak sanggup bayar, kami subsidi. Kita lagi beli banyak waduk. Waduk pun belum semua kita bikin. Karena untuk mengelola air limbah harus banyak waduk, seperti waduk Setiabudi, salah satu waduk Pluit. Waduk Pluit juga belum digali semua kenapa, karena tanggul lautnya belum selesai. Kita lagi kerjakan tanggul lautnya. Kalau tanggul laut sepanjang Jakarta Utara nggak rapi, ini juga nggak bisa," papar Ahok.
Permasalahan lain yang dialami warga Jakarta ialah, harga air bersih yang dianggap masih mahal bagi sebagian warga. Terkait tarif air
bersih untuk warga Jakarta, Ahok menjamin bahwa Pemprov DKI akan mensubsidi bagi orang yang tidak mampu. Ahok sadar perusahaan air minum dikuasai swasta. Pemprov DKI pun melakukan renegosiasi dengan Palyja dan Aetra.
"Kami mulai membangun sendiri, menggabungkan diurus Perda-nya, PAL dengan perusahaan air minum," kata Ahok.
Sebelumnya, Ahok membenarkan harga air di rumah susun adalah Rp 5.500 per kubik. Hal ini diakui AHok, lantaran penyaluran air untuk dapat sampai kepada warga rusun, harus menggunakan pompa agar sampai ke lantai atas. Namun, menurut Ahok, hal ini bukan berarti ia berbohong ketika mengatakan bahwa warga bisa membeli air dengan harga Rp 1.050 per kubik.
"Kalau di rumah susun itu Rp 5.500, itu sudah kita subsidi karena dia (harus) pompa naik ke atas kan. Harga air itu cuma Rp 1.050, modal (Pemprov DKI) Rp 7.000, tetapi untuk yang tinggal di rumah susun itu Rp 5.500" ujar Ahok.
Ahok mengatakan warga kurang mampu yang akan mendapat subsidi untuk tarif air bersih, akan dikenakan tarif hanya Rp 1.050 per meter kubik. Namun, jumlahnya dibatasi hanya 10 kubik.
"Kita tarifnya mengadministrasikan keadilan sosial, orang miskin nggak dinaikan tetapi Rp 1.050 per meter kubik. Tapi cuma 10 kubik. Kalau kamu pakai lebih 10 kubik kamu bukan orang nggak mampu. Sekarang sambung air bersih kamu nggak bayar uang," ujar Ahok.
(*)