Kepala Bekraf: Ekonomi Kreatif RI Kuasai Dunia, Asalkan...

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengupas berbagai tantangan yang dihadapi ekonomi kreatif di Indonesia.

oleh Anri SyaifulVina A MulianaZulfi Suhendra diperbarui 31 Mar 2017, 22:31 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2017, 22:31 WIB
Kepala Bekraf
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak dibentuk awal 2015, Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf yang dipimpin Triawan Munaf telah melakukan berbagai gebrakan. Kinerja Bekraf terutama mendorong para pelaku ekonomi kreatif berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Bekraf pun berharap para pelaku ekonomi kreatif menjadi tulang punggung perekonomian nasional di masa mendatang.

Untuk mendukung tujuan atau visi tersebut, Bekraf telah menerapkan sejumlah langkah strategis seperti survei. Dengan menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS), Bekraf menggelar Survei Ekonomi Kreatif yang pertama kali di Indonesia. Hasil survei tersebut telah diumumkan pada Desember 2016.

"Bukan saja kita mengetahui angka terakhir, tapi kita juga tahu subsektor mana saja yang tadi terukur sekarang jadi terukur," ucap Kepala Bekraf Triawan Munaf saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa, 21 Maret lalu.

Berdasarkan hasil survei tersebut, besaran produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional selama kurun waktu lima tahun (2010-2015) mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai Rp 850 triliun. "Saya harapkan di tahun 2016 naik sebesar 12 persen," ujar Triawan.

Adapun sektor ekonomi kreatif yang paling besar berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi adalah fashion. "(Sebanyak) 56 persen masih dipegang fashion karena di situ ada industri garmen," tutur mantan musisi sekaligus pengusaha dan politikus yang kini genap berusia 58 tahun tersebut.

Setelah fashion, sektor ekonomi kreatif yang berkontribusi besar adalah kerajinan. Sebab, setiap daerah di Indonesia memiliki beragam dan keunikan kerajinan. "Tahun 2015 mencapai 37,52 persen dari semua sumbangan terhadap ekonomi. Disusul kuliner (mencapai) tujuh persen," sebut Triawan.

Kepala Bekraf pun memaparkan posisi ekonomi kreatif dibandingkan negara lain. "Saya yakin kita (Indonesia) salah satu yang tertinggi," kata dia.

Triawan beralasan, Indonesia memiliki banyak potensi seperti jumlah penduduk dan keberagaman budaya. Hanya saja, ia mengakui ekspor hasil ekonomi kreatif masih lemah.

"Cara kita berpromosi, cara kita fokus apa yang akan dijual, itu yang perlu kita pikirkan lebih lanjut," ia menambahkan.

Lalu, bagaimana dengan target dan tantangan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia? Bagaimana pula strategi Bekraf menanggulangi maraknya praktik pembajakan di sektor ekonomi kreatif? Simak selengkapnya video wawancara khusus Liputan6.com dengan Kepala Bekraf Triawan Munaf berikut ini.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya