Jokowi: Kemitraan Jadi Modal Utama Melawan Terorisme

Dalam memerangi terorisme dan ekstremisme, menurut Jokowi, tidak bisa dengan senjata dan kekuatan militer saja.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mei 2017, 06:34 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2017, 06:34 WIB
jokowi
Presiden Jokowi diterima Deputi Gubernur Riyadh Pangeran Mohammed bin Abdulrahman bin Abdulaziz, Minggu (21/5/2017). (Biro Pers Istana)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyerukan perlawanan terhadap terorisme dan radikalisme harus diwujudkan dengan kesatuan antarnegara muslim sebagai modal utama.

"Persatuan umat kunci membangun kemitraan. Hal itu penting untuk membangun kerukunan antarumat Islam lebih dahulu," kata Presiden saat berbicara dalam KTT Arab Islam-Amerika di King Abdul Aziz International Convention Center (KAAICC) Riyadh, Arab Saudi, Minggu 21 Mei 2017 waktu setempat.

Jokowi mengungkapkan, Indonesia juga merupakan korban dari tindakan terorisme, seperti serangan bom di Bali pada tahun 2002 dan 2005. Baru-baru ini, juga ada sebuah serangan bom terjadi di Jakarta sekitar Januari 2016.

Dalam memerangi terorisme dan ekstremisme, menurut Jokowi, tidak bisa dengan senjata dan kekuatan militer saja. Menurut dia, pemikiran yang sesat hanya bisa disembuhkan dengan cara berpikir yang benar.

"Selain pendekatan hard power, Indonesia juga mengutamakan pendekatan soft power melalui pendekatan agama dan budaya," jelas Presiden seperti dikutip dari Antara, Senin (22/5/2017).

Jokowi juga menyakini Indonesia memiliki salah satu program deradikalisasi terbaik di dunia. Dalam program tersebut, otoritas Indonesia telah melibatkan keluarga, termasuk keluarga mantan narapidana dan teroris yang bertobat.

"Demikian pula organisasi kemasyarakatan, termasuk dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, untuk terus mempromosikan Islam yang damai dan toleran," tegas Presiden.

Dalam memberantas ekstrimisme dan terorisme itu, Presiden juga mengajak kerja sama antarnegara, di antaranya pertukaran informasi intelijen, pertukaran informasi teroris asing, pengembangan kapasitas intensifikasi kontranaratif yang menekankan toleransi dan kedamaian melalui penggunaan teknologi informasi, dan menghentikan semua sumber pendanaan teroris.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya