Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka komunikasi dengan seluruh negara di dunia. Hal ini sejalan dengan konsep politik luar negeri bebas aktif yang diusungnya.
Pada sisi lain, keterbukaan ini dilakukan agar tidak ada anggapan Indonesia mendukung kubu mana pun. Keseimbangan ini dianggapnya sangat dibutuhkan Indonesia.
Baca Juga
"Tidak terlalu kebarat-baratan, tidak terlalu ketiongkok-tiongkokan dan tidak terlalu kejepang-jepangan. Sehingga keseimbangan itulah yang terus ingin kita lakukan," kata Jokowi pada Rakernas PPP, Ancol, Jakarta, Jumat 21 Juli 2017.
Advertisement
Keterbukaan terhadap semua negara tentu untuk kepentingan investasi dan pembangunan negeri. Jokowi memang sudah bertemu dengan para pimpinan negara Timur Tengah, seperti Raja Salman dari Arab Saudi, Syeik Muhammad dari Uni Emirat Arab, Syeikh Amin dari Qatar, termasuk Presiden Mesir dan Afghanistan. Jokowi juga membuka komunikasi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Pertemuan-pertemuan itu penting sekali untuk menjaga keseimbangan agar warna kita ini tidak terlalu berada pada sisi ini dan sisi ini," Jokowi menjelaskan.
Perubahan dunia memang sangat cepat. Sampai saat ini tidak ada negara yang bisa menebak dengan tepat arah perubahan. Tapi, dengan modal keseimbangan, ekonomi Indonesia lebih berjamin.
"Banyak orang yang tidak tahu, keseimbangan itu baru kita proses untuk jalan, untuk apa? Agar negara kita ini tidak ketergantungan pada 1, 2, 3, 4, 5, 6 negara," Jokowi menegaskan.
Saksikan video menarik di bawah ini: