Mengenal Oetari, Nenek Maia Estianty dan Istri Pertama Bung Karno

Sukarno menikahi Oetari yang masih 16 tahun. Oetari merupakan putri sulung HOS Tjokroaminoto.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 11 Agu 2017, 19:19 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2017, 19:19 WIB
[Bintang] Maia Estianty dan Siti Oetari
Maia Estianty dengan Siti Oetari, neneknya (Instagram/@maiaestiantyreal)

Liputan6.com, Jakarta - Maia Estianty mengungkap sejarah keluarganya di masa lalu yang tak banyak diketahui masyarakat. Maia menyebut dirinya merupakan cicit dari pahlawan nasional Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. 

Ayah Maia Estianty, Harjono Sigit, diketahui merupakan anak dari Siti Oetari Tjokroaminoto. Lalu, siapa sosok Siti Oetari yang fotonya diunggah oleh Maia di akun media sosialnya?

Siti Oetari Tjokroaminoto merupakan putri sulung Tjokroaminoto yang pernah menikah dengan presiden pertama RI, Sukarno.

Sukarno saat itu menikahi Oetari ketika usianya belum genap 20 tahun. Dalam buku Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang disusun Cindy Adams, Bung Karno bercerita dia menikahi Oetari saat gadis tersebut masih 16 tahun pada 1921 di Surabaya.

Waktu itu, Sukarno indekos di rumah HOS Tjokroaminoto, yakni ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Tjokroaminoto juga merupakan guru politik pertama Sukarno.

Bung Karno mengatakan pernikahan dengan Oetari dilakukan karena rasa hormatnya kepada Tjokroaminoto. Selepas istrinya meninggal, Tjokroaminoto merasa cemas karena Oetari belum menemukan jodoh.

Atas usulan adik Tjokroaminoto, Sukarno diminta menikahi Oetari. Jika dipenuhi, usul itu dianggap mampu meringankan Tjokroaminoto. Permintaan menikah dengan Oetari pun diterima.

Sukarno berharap pernikahannya dengan Oetari dapat meringankan beban Tjokroaminoto yang ia anggap sebagai guru dan orangtua.

"Aku berutang budi pada Pak Tjokro. Dan aku mencintai Oetari, walau hanya sedikit. Bagaimana pun, bila aku perlu menikahi Oetari guna meringankan beban orang yang aku puja, itu akan kulakukan," ucap Sukarno.   

Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Namun, selama menyandang status suami dan istri, hubungan Sukarno dan Oetari  tidak terjalin seperti layaknya suami dan istri. 

Kembali dalam Keadaan Suci

Sukarno justru lebih banyak menghabiskan waktu dengan aktivitas politiknya, termasuk mengikuti ayah mertuanya, Tjokroaminoto. Sukarno menganggap Oetari masih terlalu muda.

"Kami masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Dia masih hijau sekali. Sifat pemalunya terlalu berlebihan. Kami tidur berdampingan, tapi secara jasmaniah kami sebatas kakak dan adik," ucap Sukarno.

Merasa hubungannya dengan Oetari tidak semakin baik dan mesra, Sukarno kemudian menceraikan Oetari secara baik-baik. Dalam pengakuan kepada Cindy Adams, Sukarno menceraikan istrinya itu dalam kondisi perawan. Sukarno pun bercerita, dia langsung mengantarkan Oetari kembali ke ayahnya.

Kendati merasa berat dengan perceraian tersebut,  keluarga Tjokroaminoto dapat menerimanya. Sukarno mengatakan, Tjokro tetap dapat menerima keputusan tersebut.

"Di tahun 1922, aku menyerahkan istriku yang masih anak-anak itu kepada ayahnya," kata Sukarno.

Tak lama setelah bercerai, Sukarno menikahi Inggit Ganarsih, perempuan yang usianya lebih tua 13 tahun dari dirinya. Oetari, lalu disebut Sukarno, juga telah menikah dengan seorang pria bernama Bachrun Salam, pria yang disebut oleh Sukarno sebagai teman kosnya di rumah Tjokroaminoto.

Dari pernikahan dengan Bachrun Salam, Oetari mempunyai delapan anak. Sukarno pun menyebut hubungannya dengan Oetari tetap baik.

"Rumah tangga mereka tetap rukun, jadi tidak ada yang terluka pada pihak mana pun," Sukarno menandaskan.

Saksikan video menarik berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya