Sikap Majelis-Majelis Agama Buddha soal Kekerasan atas Rohingya

Pernyataan Majelis-Majelis Agama Buddha Indonesia tersebut ditandatangi 16 pimpinan organisasi dan berisi 10 poin pernyataan.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 03 Sep 2017, 07:59 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2017, 07:59 WIB
20161122- Muslim Rohingya Ditangkap Tentara Banglades- REUTERS
Sejumlah Muslim Rohingya ditangkap tentara Bangladesh, Senin (21/11). Mereka ditangkap karena dianggap sebagai imigran gelap. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Liputan6.com, Jakarta - Majelis-Majelis Agama Buddha Indonesia angkat bicara terkait kasus kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Mereka mengaku prihatin atas krisis kemanusian yang terjadi di kawasan tersebut.

"Konflik di Rakhine Myanmar bukan konflik agama melainkan konflik sosial dan kemanuasiaan," tulis Majelis-Majelis Agama Buddha Indonesia dalam pesan tertulis, Minggu (3/9/2017).

Pernyataan Majelis-Majelis Agama Buddha Indonesia tersebut ditandatangani 16 pimpinan organisasi dan berisi 10 poin pernyataan.

Berikut penyataan lengkapnya:

Krisis dan kekerasan kembali terjadi di Rakhine, Myanmar. Baik masyarakat sipil maupun militer, menjadi korban secara fisik maupun psikis. Secara khusus komunitas masyarakat sipil terdampak sangat signifikan di tengah konflik bersenjata antara militer Myanmar dengan kelompok bersenjata.
 
Melihat eskalasi dari krisis dan konflik kekerasan yang terjadi tidak kunjung mereda dan berdampak buruk, maka dengan ini kami Pimpinan Majelis-majelis Agama Buddha Indonesia menyatakan:

1. Keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar, yang telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian moril serta amateril yang besar, bukanlah konflik agama melainkan konflik sosial dan kemanusiaan.

2. Menumbuhkan solidaritas kemanusiaan atas krisis Rakhine, Myanmar, dengan mengedepankan sikap cinta kasih bahwa korban atau pun masyarakat yang terdampak adalah sama-sama manusia yang setara dan serasa di hadapan Tuhan.

3. Menghentikan kebencian dan tindak kekerasan agar tidak semakin memperparah kerusakan yang diakibatkan.

4. Mendesak Pemerintah Myanmar untuk memberikan perlindungan, bantuan dan hak asasi dasar kepada masyarakat Rakhine.

5. Menolak segala bentuk provokasi untuk memperluas dan membawa isu konflik dan krisis Rakhine, Myanmar, ke Indonesia yang dapat mengganggu kerukunan hidup umat beragama di Indonesia.

Saksikan video menarik di bawah ini:

 

Imbau Saring Informasi

6. Mengimbau masyarakat Indonesia untuk dapat menyaring informasi yang beredar melalui media sosial, dan tidak terprovokasi untuk menyebarkan kebencian. Kami sangat mengharapkan kepada Cyber Crime Polri dan BIN agar mendeteksi informasi yang berbentuk provokasi agar tidak tersebar ke masyarakat.

7. Kami sangat mengharapkan Pemerintah Indonesia menjamin umat beragama untuk beribadah dengan tenang dan aman, serta menjamin keamanan terhadap rumah ibadah yang berada di Indonesia.

8. Sangat perlu diingat bahwa tidak ada agama yang dapat dikaitkan dengan aksi terorisme, karena aksi keji tersebut sama sekali tidak mencerminkan perilaku umat beragama. Kejadian ini harus dapat menjadi pendorong bagi bersatunya umat beragama di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

9. Kami menghimbau seluruh umat beragama, khususnya umat Buddha untuk tidak terprovokasi. Sebagai umat beragama sudah selayaknya kita bersama-sama menjaga kerukunan dan perdamaian di Indonesia serta di seluruh dunia.

10. Kami umat Buddha Indonesia yang menjunjung tinggi kerukunan dan perdamaian menyampaikan rasa empati atas penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita pengungsi Rohingya, dan masyarakat di Rakhine, Myanmar, untuk itu kami berdoa agar penderitaan ini segera berakhir.

Demikian Pernyataan Sikap kami. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah nan luhur kepada seluruh umat manusia.

Semoga semua Makhluk hidup berbahagia.

Jakarta, 30 Agustus 2017

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya