Liputan6.com, Jakarta - Myanmar menjadi sorotan dunia setelah kejahatan kemanusian terjadi terhadap etnis muslim Rohingya. Kecewa dengan sikap Pemerintah Myanmar, lebih dari seribu orang melakukan aksi solidaritas untuk etnis Rohingya yang menjadi korban tindakan represif militer, di depan kedutaan besar Myanmar, di Jakarta Rabu lalu.
Seperti ditayangkan Liputan6 Petang SCTV, Sabtu (9/9/2017), dengan membawa berbagai spanduk dan poster, massa menuntut pemerintah Myanmar segera menghentikan kejahatan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya.
Akibat tindakan represif militer Myanmar, lebih dari 120 ribu etnis Myanmar mengungsi ke Bangladesh dan ratusan warga sipil lainya tewas. Saat aksi berlangsung, sejumlah perwakilan pengunjuk rasa kemudian diterima oleh kedutaan besar Myanmar.
Advertisement
Usai melakukan pertemuan selama satu jam, perwakilan pengunjuk rasa mendesak Myanmar untuk segera menghentikan kejahatan kemanusian terhadap etnis Rohingya.
Mereka juga menuntut pemerintah Indonesia mengusir duta besar Myanmar selama kejahatan kemanusiaan terus dilakukan. Berbeda dengan aksi sebelumnya, massa yang hadir kali ini jauh lebih banyak hingga memenuhi kawasan Bundara HI.
Pertemuan dilakukan antara Menlu Retno Marsudi dengan penasehat negara Myanmar Aung San Suu Kyi di Nay Pyi Taw, Myanmar. Selain membawa amanah masyarakat Indonesia yang mengecam krisis kemanusiaan di Rakhine. Menlu juga menyampaikan usulan dari Pemerintah Indonesia.
Langkah nyata berupa bantuan makanan dan obat-obatan bagi warga Rohingya sudah disalurkan. Pemerintah Indonesia juga membangun rumah sakit untuk membantu korban Rohingya di Myanmar.
Sementara itu, rumah penampungan detensi imigrasi di Jalan Pekon, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara menampung 30 jiwa pengungsi etnis Rohingya asal Rakhine, Myanmar yang melarikan diri dari negaranya sejak dua tahun lalu.
Saat ini ada 319 warga Rohingya yang mengungsi di sejumlah tempat di kota Medan. Jumlah pengungsi terbanyak terdapat di Aceh dan Makassar yang bercampur dengan pengungsi asal Bangladesh.
Hingga kini sudah 70 tahun lebih etnis Rohingya hidup tanpa negara terombang-ambing dari Myanmar ke Bangladesh juga menyebar hingga India, Malaysia, Thailand, dan Pakistan.
Data Human Right Watch menyebut, dari 2012 hingga 2014, 300 ribu warga muslim Rohingya terusir dari Myanmar. Mereka dipaksa tinggal di pengungsian yang tak manusiawi. Tak hanya diusir di awal 1991, 250 ribu warga Rohingya telah mengungsi lantaran jadi korban perbudakan, pemerkosaan, dan persekusi.
Bagai perang tanpa akhir, kini etnis Rohingya kembali menelan kecewa. Perlawanan mereka setahun terakhir justru berujung pembakaran permukiman dan memaksa mereka kembali berjuang mencari suaka.
Seluruh dunia mengutuk tragedi kemanusiaan di Rakhine, Myanmar tak terkecuali Indonesia yang berkoordinasi dengan Bangladesh untuk menyiapkan tempat tinggal etnis Rohingya. Sebab, satu harapan mereka hidup layak sebagai manusia.