Polri: SAGL Bukan Senjata Anti-tank

Kepala Korps Brimob Irjen Pol Murad Ismail mengatakan, bagi pihak yang belum mengetahui pengadaan senjata SAGL memang terkesan seram.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 30 Sep 2017, 23:03 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2017, 23:03 WIB
Senjata SAGL
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Polri menyatakan senjata jenis Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kal 40 x 46mm sebanyak 280 pucuk di Soekarno Hatta, sebenarnya sudah ketiga kalinya diadakan. Antaralain pada 2015, 2016, dan sekarang 2017.

"Karena memang ini bukan yang pertama untuk barang sejenis, dan ini ketiga kali. Tahun 2015 dan 2016 sudah pernah masuk," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (30/9/2017).

Di tempat yang sama, Kepala Korps Brimob Irjen Pol Murad Ismail mengatakan, bagi pihak yang belum mengetahui pengadaan senjata tersebut memang terkesan seram.

"Mendengar nama Arsenal Stand Alone Grenade Launcher itu luar biasa, dan kita mendengar nama itu seakan-akan grenade launcher yang luar biasa," kata dia. Padahal, Murad melanjutkan, peluru SAGL berbentuk bulat dan banyak jenisnya. Di antaranya peluru karet, peluru hampa, peluru gas air mata, peluru asap.

"Dan ada juga peluru yang menimbulkan ledakan, tapi tabur," kata dia.

Senjata ini, menurut Murad, pernah digunakan pada 1998 tapi modelnya berbeda. Sebab senjata ini memang mempunyai generasi yang bisa diperbarui.

Murad pun membantah jika senjata ini dapat menghancurkan sesuatu seperti tembok ataupun anti-tank. SAGL digunakan di daerah operasi untuk senjata kejut.

"Ini bukan buat anti-tank atau apa. Ini digunakan juga untuk di daerah operasi," jelas dia.

Murad pun membenarkan senjata Polri tersebut bukan pertama kali diimpor, dan untuk prosedur pengadaannya dicek terlebih dahulu oleh Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

"Jadi kita masukkan dulu, nanti dicek sama BAIS, sesuai enggak apa yang kita masukin dengan manifes. Baru bisa rekomendasi BAIS keluar. Dan ini saya yang tanda tangan ditunjukan ke BAIS," ungkap dia.

Sebelumnya, senjata jenis Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kal 40 x 46mm disebut-sebut ditahan BAIS TNI. Senjata milik Polri tersebut berjumlah 280 pucuk dengan 5.932 butir peluru.

SAGL yang asal Bulgaria ini diimpor PT Mustika Duta Mas dan akan didistribusikan ke Korps Brimob Polri, menggunakan Pesawat Charter model Antonov AN-12 TB dengan Maskapai Ukraine Air Alliance UKL-4024.

Sasksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Polri Membenarkan Pengadaan Senjata

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto sebelumnya membenarkan informasi senjata yang berada di Bandara Soekarno Hatta, adalah milik instansinya. Senjata tersebut masih diperiksa Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

"Senjata adalah betul milik Polri dan adalah barang yang sah. Semuanya sudah sesuai dengan prosedur. Mulai dari perencanaan dan proses lelang," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu.

"Kemudian proses berikutnya direview staf Irwasum dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembanguan). Sampai dengan pengadaannya dan pembeliannya pihak ketiga, dan proses masuk ke Indonesia dan masuk ke pabean Soekarno-Hatta," dia melanjutkan.

Menurut Setyo, pengadaan ini sudah diketahui Kepala Korp Brimob Irjen Pol Murad Ismail. Bahkan, sudah sepengetahuan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya