Potensi Tsunami Pandeglang, BMKG: Kajian BPPT Masih Perlu Divalidasi

Informasi potensi tsunami di Pandeglang hanya digunakan untuk melakukan mitigasi bencana.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 05 Apr 2018, 12:15 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 12:15 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Bali
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Bali

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan potensi tsunami 57 meter di Pandeglang yang diungkap BPPT belum bisa jadi pegangan resmi. Temuan BPPT merupakan hasil penelitian awal.

"Itu modeling yang perlu divalidasi. Dan perlu digunakan data-data yang valid," Dwikorita menjelaskan di kantor BMKG, Kamis (5/4/2018).

Informasi itu hanya digunakan untuk melakukan mitigasi bencana. Karena itu, ia meminta masyarakat arif dalam memahami informasi kegempaan dan tsunami.

"Sekali lagi masyarakat jika mendapat info, mohon dicek validasinya," Dwikorita berujar.

Sementara Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly, melalui sambungan teleconference, mengungkapkan kajian potensi tsunami di Pandeglang, Banten, bukan prediksi. Penelitian itu hanya mengkaji potensi bencana.

"Karena peneliti tersebut tidak menyebutkan kapan akan terjadinya," ucap Sadly.

Ia menambahkan temuan itu perlu dikaji lebih lanjut dengan data ilmiah yang memadai.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini

Tanggapan BNPB

Hoax Tentang Letusan Gunung Agung, Ini Penjelasan BNPB
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan penjelasan di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (25/9). Sebelumnya telah beredar berita hoax bahwa Gunung Agung sudah meletus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

"Masyarakat diimbau tidak panik. Tidak perlu menyikapi dengan berlebihan," tulis Sutopo dalam @Sutopo_PN yang dikutip Liputan6.com di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Dia menegaskan, hingga kini belum ada ilmu pengetahuan yang mampu memprediksi gempa secara pasti. Baik besarannya, lokasi, maupun waktu peristiwa.

"Dalam sejarah terbentuknya Kepulauan Indonesia gempa dan tsunami pernah terjadi karena bergeraknya lempeng tektonik. Wilayah Indonesia memang rawan gempa," tulis dia.

Potensi gempa megathrust, lanjut Sutopo, diakuinya akan terjadi di Selatan Jawa dan Selat Sunda. Namun terkait dengan tingginya ombak tsunami yang mencapai 57 meter, disebutkan belum tentu seperti itu.

"Tinggi tsunami 57 meter di Pandeglang adalah modeling tsunami dengan menggunakan skenario terburuk berdasarkan teoritis, yang waktu kejadiannya tidak dapat diprediksi secara pasti," jelas dia.

Potensi tsunami juga dapat terjadi di daerah lain yang berada di zona subduksi di wilayah Indonesia. Tapi tidak dapat diprediksi pasti. "Yang penting kita perlu meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana," tegas Sutopo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya