3 Perlawanan Novel Baswedan Setelah Setahun Kasusnya Masih Gelap

Setahun tak menemukan titik terang, penyidik KPK melakukan 'perlawanan' agar kasusnya dapat diungkap. Apa saja?

oleh Maria Flora diperbarui 12 Apr 2018, 15:29 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 15:29 WIB
Setahun Peristawa Penyiraman, Novel Baswedan Datangi KPK
Penyidik KPK Novel Baswedan usai menggunjungi gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/4). Novel Baswedan selesai menjalani perawatan di rumah sakit Singapura yang kedua hingga kini kasus penyiraman air keras genap satu tahun. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Apa kabar kasus Novel Baswedan? Setahun berlalu, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan hingga kini belum menemukan titik terang.

Tim Satgas khusus yang dibentuk langsung oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian, 12 April 2017 belum bisa menetapkan tersangka dan otak di balik aksi teror tersebut.

Desakan kepada institusi Polri pun kian gencar. Tidak hanya dari Presiden Jokowi, tapi juga dari keluarga Novel Baswedan.

"Ya, ini saya akan terus kejar di Kapolri, di Polri agar kasus ini menjadi jelas dan tuntas siapaun pelakunya," kata Jokowi, 20 Februari 2018.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rina Emilda, istri Novel Baswedan.

"Harapannya pelakunya tertangkap. Ini sudah setahun belum ada kemajuan," kata perempuan berjilbab itu kepdaa Liputan6.com, Selasa (10/4/2018).

Sementara itu, kepada sang istri, Novel sempat menceritakan siapa-siapa saja yang dia duga sebagai otak penyerangan di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Lantas, seperti apa tanggapan Novel akan kasusnya yang hingga kini masih belum terkuak?

 

1. Kekecewaan Novel Baswedan

Igor Saykoji, Melanie Subono, Novel Baswedan
Topeng dengan wajah Novel Baswedan dalam Aksi 365 memperingati setahun penyerangan penyidik senior KPK tersebut, seberang Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/4). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Rabu, 11 Aprl 2018 tepat 1 tahun kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Sejauh ini belum ada satu pun pelaku yang terungkap.

Hal ini amat disayangkan Novel. Menurutnya, jika kasus tersebut dibiarkan, penyidik anti rasuah ini khawatir kasus serupa akan terjadi pada penyidik KPK lainnya.

"Ini tidak boleh dianggap sepele dan tidak boleh dibiarkan. Dan saya juga kecewa dengan proses pengungkapan yang sampai sekarang belum juga terungkap. Saya bukan bilang belum ketemu pelakunya, tapi saya bicara kemungkinan dugaan saya bahwa ini belum mau diungkap. Saya kecewa sekali dengan itu," ujar Novel Baswdedan.

 

2. Novel Lapor Komnas HAM

Setahun Peristawa Penyiraman, Novel Baswedan Datangi KPK
Penyidik KPK Novel Baswedan didampinggi Wakil Pimpinan KPK Saut Situmorang berjalan keluar gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/4). Kasus penyiraman air keras Novel Baswedan genap satu tahun. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Tak ingin kasus penyerangan air keras terjadi pada rekan-rekannya di KPK, Novel melaporkannya pada Komnas HAM. Alasannya, dengan tegas dia menjawab.

"Saya tidak mau diam, saya menolak diam," kata Novel Baswedan di Gedung KPK Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/4/2018).

Karena menurutnya, menjadi seorang penyidik KPK juga harus berani mengungkapkan kebenaran kepada masyarakat.

"Saya ingin ke depan ancaman-ancaman itu tidak bisa terus-menerus dibiarkan dan saya berharap tentunya semua elemen yang berhubungan dengan keamanan juga Bapak Presiden memberi perhatian terhadap hal ini," tutur dia.

3. Minta Jokowi Bentuk Tim TGPF

Setahun Peristawa Penyiraman, Novel Baswedan Datangi KPK
Penyidik KPK Novel Baswedan memberi keterangan usai mendatangi KPK, Jakarta, Rabu (11/4). Novel Baswedan selesai menjalani perawatan di rumah sakit Singapura yang kedua hingga kini kasus penyiraman air keras genap satu tahun. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Penyidik KPK Novel Baswedan berharap dengan dibentuknya Tim TGPF mampu mengungkap fakta-fakta yang belum terungkap dalam kasus penyerangan air keras yang menimpanya.

Harapan Novel mendapat dukungan penuh dari Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK.

Di depan Istana Merdeka, mereka menuntut Presiden Jokowi membentun TGPF.

"Kalau tak ada tanggapan dari Jokowi, kita bisa menilai sendiri posisi Jokowi terhadap keadilan," ujar Yansen sebelum memulai aksi di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (11/4/2018).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya