Pendidikan Vokasi Bisa Jadi Pilihan Utama Calon Pekerja dan Wirausahawan

Menaker Hanif: Asalkan Kualitasnya Baik Pendidikan Vokasi Bisa Jadi Pilihan Utama

oleh Cahyu diperbarui 15 Apr 2018, 19:35 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2018, 19:35 WIB
Hanif Dhakiri bersama mahasiswa UNU Purwokerto
Menaker Hanif: Asalkan Kualitasnya Baik Pendidikan Vokasi Bisa Jadi Pilihan Utama

Liputan6.com, Banyumas Pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan salah satu instrumen untuk menjembatani masyarakat masuk ke pasar kerja maupun berwirausaha. Jadi, sebenarnya pelatihan vokasi sama bagusnya dengan lembaga pendidikan umum.

"Terkait pendidikan vokasi saya juga ingin mengajak masyarakat kita ini untuk meyakini bahwa sesungguhnya pendidikan vokasi ini bisa menjadi jembatan kalau kita menginginkan anak-anak kita ini masuk pasar kerja atau berwirausaha," ujar Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker), M. Hanif Dhakir,i saat menjadi narasumber Seminar Nasional tentang Teknologi, Kewirausahaan, dan Pemberdayaan Ekonomi di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto, Banyumas, pada Sabtu (14/4/2018).

Selama ini, masyarakat masih sering terjebak pada orientasi lembaga pendidikan umum. Namun, tidak sedikit lulusan lembaga pendidikan umum justru kesulitan masuk ke pasar kerja.

Karena itu, Hanif berharap masyarakat yang ingin masuk ke pasar kerja ataupun berwirausaha untuk memilih pendidikan vokasi. Sebab, sistem pendidikan yang diterapkan sudah disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha/industri.

"Oleh karena itu, harus mulai juga dibangun kepercayaan mengenai vokasi ini di masyarakat. Bahwa pendidikan vokasi ini bukan kelas dua, pendidikan vokasi itu bagus kalau sekali lagi dikaitkan dengan pekerjaan," ucapnya.

Selain itu, Hanif menjelaskan bahwa pemerintah juga terus menggenjot peningkatan kompetensi angkatan kerja Indonesia melalui pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BLK). Selain diselenggarakan secara gratis, akses dan mutu pelatihan vokasi di BLK terus diperkuat.

Terlebih lagi, saat ini angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan menengah ke bawah (SD-SMP). Dari 128 juta orang angkatan kerja, sebesar 60,08 persen berpendidikan menengah ke bawah.

"Makanya sekarang pemerintah menggenjot pendidikan dan pelatihan vokasi, sehingga mereka yang membutuhkan skill, membutuhkan keterampilan memiliki akses," kata Hanif.

 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya