Balai Media Kebudayaan Kemendikbudristek Ajak Sineas Indonesia Ikut Open Call Program Indonesiana.TV

Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek) menyelenggarakan sekaligus tiga program perfilman nasional.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 18 Feb 2024, 21:28 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2024, 18:15 WIB
Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek) menyelenggarakan sekaligus tiga program perfilman nasional.
Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek) menyelenggarakan sekaligus tiga program perfilman nasional. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek) menyelenggarakan sekaligus tiga program perfilman nasional yakni Open Call Layar Cerita Perempuan Indonesiana (LCPI), Layar Animasi Anak Indonesiana (LAAI), dan Layar Anak Indonesiana (LAI).

Hal tersebut disampaikan Kepala BMK Kemendikbudristek Retno Raswaty. Dia mengatakan, melalui ketiga program tersebut, BMK Kemendikbudristek memberi kesempatan kepada para sineas Tanah Air untuk mengajukan gagasan karya film bagi penonton anak-anak dan film yang mengangkat cerita perempuan Indonesia berbalut nilai budaya, tradisi, serta kearifan lokal.

"Open Call Indonesiana.TV merupakan program lanjutan yang telah digelar sejak 2023. Bedanya, tahun ini ditambahkan program LAAI untuk memperkaya khazanah film animasi bagi anak-anak di Tanah Air," ujar Retno melalui keterangan tertulis, Kamis (15/2/2024).

Untuk itu, lanjut dia, mulai Februari 2024, BMK Kemendikbudristek mengundang para sineas untuk mengirimkan proposal produksi film LCPI, LAAI, dan LAI. Retno mengatakan, detail mengenai Open Call ini bisa dilihat di website dan media sosial Indonesiana.TV.

"Prinsip tujuan dari pelaksanaan Open Call LAAI dan LAI adalah memperkuat ekosistem perfilman nasional sekaligus menambah pustaka konten kebudayaan bagi anak-anak untuk menanamkan pendidikan karakter, nilai budaya, dan kearifan lokal sehingga mendukung pemajuan kebudayaan," terang dia.

Sedangkan Open Call LCPI, lanjut Retno, selain untuk penguatan ekosistem perfilman Tanah Air, juga sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh perempuan di Indonesia yang telah mempertahankan praktik seni budaya, adat Istiadat, dan pengetahuan tradisional dalam menghadapi perubahan iklim.

"Nantinya hasil produksi film dari Open Call LCPI, LAAI, dan LAI akan ditayangkan di Indonesiana.TV dan media lainnya yang bekerja sama dengan Kemendikbudristek sebagai mitra siar Indonesiana.TV," ucap dia.

 

Diharap Bisa Buat Anak-Anak Indonesia

Pasutri Tega Jual Tiga Anak Kandung demi Danai Kecanduan Game
Ilustrasi kecanduan video game

Retno mengatakan, gempuran informasi dan pesatnya perkembangan teknologi ikut mempengaruhi bagaimana anak-anak Indonesia mengonsumsi tayangan-tayangan melalui gawai.

Dengan begitu, lanjut dia, media yang bisa diakses melalui gawai harus menyediakan konten-konten yang menonjolkan budi pekerti, hiburan sehat, apresiasi, estetika, dan mendorong rasa ingin tahu mengenai lingkungan serta budaya kita sendiri.

"Untuk LCPI, BMK Kemendikbudristek ingin mengisahkan segala keragaman cerita perempuan dari berbagai daerah di Indonesia dengan keunikan kearifan lokal dan kekayaan ragam seni budaya yang menghidupinya sehingga ikut memperkenalkan secara luas khazanah kehidupan di Indonesia yang etik," jelas Retno.

 

Ketentuan open call Indonesiana.TV

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung penuh ajang pencarian bakat Ksatria Tari Indonesia (KTI) yang diprakarsai oleh Yayasan Swargaloka.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung penuh ajang pencarian bakat Ksatria Tari Indonesia (KTI) yang diprakarsai oleh Yayasan Swargaloka. (Ist)

Sementara itu, Koordinator Open Call Indonesiana.TV Rina Damayanti menerangkan, produksi film-film ini nanti mencakup genre fiksi, dokumenter, dan animasi yang mempresentasikan salah satu atau lebih dari sepuluh Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) sebagai upaya melindungi, memanfaatkan, dan akhirnya memajukan kebudayaan.

"Syarat tema bagi produksi film LCPI, secara khusus mengangkat adat Istiadat, pengetahuan tradisi dan perubahan iklim sesuai karakteristik konten Indonesiana.TV," kata dia.

"Sedangkan cerita yang diangkat di LAAI harus memuat tiga unsur yaitu karakter berciri asli Indonesia, cara bertutur menarik sesuai minat anak-anak, dan kandungan pesan untuk menghargai alam dan lingkungan. Masing-masing berdurasi 12 menit," sambung Rina.

Selain itu, film-film yang diproduksi diutamakan menggunakan bahasa ibu mengingat kekayaan ragam bahasa lokal yang kita miliki dan keberadaannya perlu dilestarikan.

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO
Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya