Terduga Teroris yang Ditembak Mati di Sidoarjo Pernah Jadi Ketua RT

Teroris yang ditembak mati Densus 88 di Sidoarjo sudah puluhan tahun tinggal di Malang.

oleh Zainul Arifin diperbarui 17 Mei 2018, 23:14 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2018, 23:14 WIB
Penggeledahan rumah terduga teroris di Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)
Penggeledahan rumah terduga teroris di Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menggeledah rumah Hari Sudarwanto (HS) di Perum Singosari Raya, RT 1, RW 10, Candirenggo, Singosari, Malang, Jawa Timur. HS adalah salah seorang terduga teroris yang ditembak mati di Sidoarjo beberapa hari lalu.

Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung membenarkan penggeledahan oleh Densus 88 Antiteror di rumah HS tersebut. "Benar ada penggeledahan," kata Barung melalui pesan tertulis di Malang, Kamis, (17/5/2018).

Barung juga membenarkan istri HS yakni Fitri Amin Sugesti sementara ini sedang diperiksa petugas. Barung enggan menjelaskan lebih lanjut terkait pemeriksaan itu. "Iya, masih diperiksa," ucapnya.

Penggeledahan di rumah almarhum HS berlangsung sejak sekitar pukul 16.00 hingga pukul 20.00. Dari rumah itu, Densus 88 Antiteror mengambil sejumlah barang seperti sebuah CPU, sebuah compact disc dan barang lainnya. Lurah Candirenggo dan ketua rukun tetangga setempat diminta jadi saksi penggeledahan itu.

Penggeledahan di rumah almarhum HS menarik perhatian warga Perum Bukit Singosari Raya, Candirenggo, Malang. Apalagi sosok HS dan istrinya sudah tinggal hampir 20 tahun di kawasan tersebut. Selama ini tak ada gelagat mencurigakan dari pasangan suami istri yang dikaruniai 4 anak tersebut.

Ketua rukun tetangga setempat, Suwandi mengatakan, HS pernah menjabat ketua rukun tetangga dan sekretaris rukun warga. Sedangkan istrinya dulu pernah mengajari anak - anak mengaji baca al-quran.

"Malah lebih lama HS tinggal di sini daripada saya. Selama ini tampak biasa saja, tak ada yang mencurigakan," ujar Suwandi.

HS diketahui pernah lama bekerja di percetakan koran Jawa Pos di Surabaya. Ia kemudian keluar dari pekerjaannya dan mengembangkan bisnis percetakan sendiri, khususnya buku pelajaran sekolah dasar. Selain itu sempat pula melayani jasa foto kopi di rumahnya.

"Lebih sering di rumah. Kalau keluar ya bawa buku itu dan pulang malam hari. Istrinya hanya di rumah saja," tutur Suwandi.

 

Jual Deterjen

Selain itu warga juga tahu di rumah HS menjual cairan deterjen cucian, terutama untuk mesin cuci. Sepengetahuan warga, deterjen cair itu dibuatnya sendiri. Selama ini, tak tampak pula ada banyak tamu atau pengajian tertentu di rumah itu.

"Sehari - hari ya wajar saja, biasa salat ke mushala. Meski memang tak pernah ikut pengajian rutin di kampung," ucap Suwandi.

Istri HS juga seperti ibu rumah tangga umumnya. Menurut Suwandi, ia terakhir bertemu almarhum pada Minggu, 13 Mei pagi dan berpamitan akan ke rumah mertuanya di Sidoarjo. Warga pun terkejut begitu mendengar kabar HS tewas ditembak Densus 88 Antiteror di Sidoarjo.

"Tentu ini mengejutkan, kami semua tak menyangka akan ada peristiwa ini," kata Suwandi.

HS ditembak tim Densus 88 Antiteror dalam sebuah penyergapan pada Rabu, 16 Mei di Jalan Avia, Perumahan AURI, Kwadengan, Lemahputro, Sidoarjo. HS adalah adik ipar Budi Satrijo yang lebih dulu tewas tertembak Densus 88 Antiteror pada Senin, 14 Mei di Perumahan Puri Maharani, Sidoarjo.

Almarhum HS disebut masih satu jaringan dengan Budi Satrijo. Peran HS adalah menyuplai bahan - bahan kimia untuk membuat bom. Sedangkan Budi diduga sebagai sosok peracik bom.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya