Liputan6.com, Jakarta - Semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur, yang terjadi pada 29 Mei 2006, atau tepatnya 19 tahun lalu, merupakan peristiwa yang hingga kini masih menyisakan duka mendalam bagi masyarakat sekitar.
Peristiwa yang berpusat di sekitar lokasi pengeboran gas milik PT Lapindo Brantas, Inc., di Desa Renokenongo dan Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, ini telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat luas dan kerugian ekonomi yang tak terhitung jumlahnya.
Advertisement
Peristiwa Lumpur Lapindo ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai penyebab pasti semburan, dampaknya yang multidimensi, serta upaya penanggulangan yang masih terus berlangsung hingga saat ini.
Advertisement
Geowisata
Selama 19 tahun ini, ada banyak rencana yang bakal dilakukan. Pada Maret tahun lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air akan berencana menyulap lokasi lumpur Lapindo menjadi kawasan geowisata.
"Tujuannya yaitu menumbuhkan potensi ekonomi masyarakat setempat, pengembangan ekonomi daerah sekitar, sebagai upaya konservasi dan edukasi," jelas Kepala Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo T Maksal Saputra pada Rabu (27/3/2024).
Kawasan geowisata ini nantinya akan terbagi menjadi beberapa zona, yakni zona anjungan pusat semburan, zona musium lumpur sidoarjo, zona green house dan autbond, zona embrio musium, zona pemanfaatan lumpur, zona sport, zona Ruang Terbuka Hijau (RTH), zona kolam tampung dan konservasi fauna, dan zona RTH perairan.
Logam Langka
Sedangkan pada 2022, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginformasikan adanya temuan harta karun logam yang tertanam di lumpur Lapindo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Menurut penelitian, di sana terdeteksi adanya kandungan logam tanah jarang dan juga kandungan logam lainnya yang disebut critical raw material. Logam tanah jarang merupakan kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida ditambah skandium dan yttrium.
Adapun mineral pertama yang ditemukan adalah gadolinit, senyawa kimia yang tersusun dari serium, yttrium, besi, silikon, dan unsur lainnya. Mineral ini diekstrak dari sebuah tambang di desa Ytterby, Swedia.
Manfaat paling utama, yakni bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini.
Kerusakan Lingkungan dan Ekonomi yang Mengerikan
Lumpur Lapindo telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. Ribuan hektar lahan pertanian yang subur berubah menjadi lautan lumpur, membuat petani kehilangan mata pencaharian mereka. Selain itu, pencemaran air tanah dan permukaan oleh logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd) juga mengancam kesehatan masyarakat.
Kerusakan infrastruktur, seperti jalan raya dan jalur kereta api, juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Total kerugian diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah, sebuah angka yang menunjukkan betapa besarnya dampak ekonomi dari bencana ini.
Bukan hanya lahan pertanian yang rusak, permukiman warga juga terendam lumpur. Ribuan warga terpaksa mengungsi dan kehilangan tempat tinggal. Proses relokasi dan ganti rugi yang panjang dan rumit menimbulkan ketidakadilan dan permasalahan sosial yang berkelanjutan.
Kehilangan tempat tinggal dan sumber penghasilan telah menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat terdampak.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana Lumpur Lapindo sangat signifikan. Ribuan orang kehilangan pekerjaan, baik sebagai petani, nelayan, maupun pelaku usaha lainnya. Kerusakan infrastruktur juga membutuhkan biaya yang sangat besar untuk perbaikan dan pembangunan kembali.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perencanaan mitigasi bencana yang matang untuk meminimalisir kerugian ekonomi di masa depan.
Advertisement
Dampak Sosial dan Kesehatan Jangka Panjang
Bencana Lumpur Lapindo tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan, tetapi juga dampak sosial dan kesehatan jangka panjang yang signifikan. Ribuan warga terpaksa mengungsi dan kehilangan tempat tinggal, menimbulkan trauma psikologis dan masalah sosial lainnya. Proses relokasi dan ganti rugi yang berlarut-larut juga memperparah permasalahan sosial yang ada.
Paparan terhadap lumpur yang mengandung bahan kimia berbahaya juga menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang. Banyak warga yang mengalami gangguan pernapasan, penyakit kulit, dan bahkan kanker. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penanganan kesehatan jangka panjang bagi korban bencana Lumpur Lapindo.
Permasalahan sosial yang ditimbulkan oleh bencana ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Ketidakadilan dalam proses ganti rugi dan relokasi telah menimbulkan konflik sosial di masyarakat. Pemerintah dan PT Lapindo Brantas perlu bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan sosial ini secara adil dan tuntas.
Selain itu, dampak kesehatan jangka panjang akibat paparan lumpur juga perlu diperhatikan. Pemerintah perlu menyediakan layanan kesehatan yang memadai bagi warga yang terdampak, termasuk pengobatan dan pencegahan penyakit.
Siapa yang Bertanggung Jawab?
Siapa yang bertanggung jawab atas bencana ini masih menjadi perdebatan hingga kini. Ada dua teori utama yang menjelaskan penyebab semburan Lumpur Lapindo: kesalahan prosedur dan teknik pengeboran oleh PT Lapindo Brantas, dan aktivitas tektonik akibat gempa bumi Yogyakarta yang terjadi beberapa hari sebelumnya.
Meskipun banyak ahli geologi internasional mendukung teori kesalahan pengeboran, perdebatan ini masih berlanjut dan menjadi salah satu faktor yang menghambat penyelesaian masalah secara tuntas. Di mana peristiwa ini terjadi, dampaknya terasa hingga kini, dan bagaimana upaya pemerintah dan PT Lapindo dalam penanganannya masih menjadi sorotan publik.
Mengapa bencana ini begitu berdampak luas?
Karena semburan lumpur telah merendam ribuan hektar lahan pertanian dan permukiman, menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah, pencemaran air tanah dan permukaan, serta kerugian ekonomi yang mencapai puluhan triliun rupiah.
Bagaimana dampak sosialnya?
Ribuan warga kehilangan mata pencaharian dan tempat tinggal, dan masalah kesehatan akibat paparan lumpur masih menjadi ancaman jangka panjang. Peristiwa ini menjadi bukti nyata betapa kompleksnya dampak bencana lingkungan dan sosial, serta betapa pentingnya pengawasan ketat terhadap kegiatan industri ekstraktif.
Advertisement
Penanganan dan Pelajaran Berharga
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya penanggulangan bencana Lumpur Lapindo, termasuk pembangunan tanggul untuk membendung lumpur dan pemberian ganti rugi kepada warga terdampak. Namun, proses penanganan masih berlangsung hingga saat ini, dan berbagai permasalahan, terutama terkait keadilan dan pemulihan lingkungan, masih belum terselesaikan sepenuhnya.
PT Lapindo Brantas, meskipun telah memberikan ganti rugi, masih menjadi subjek kritik dan perdebatan mengenai tanggung jawabnya atas bencana ini. Perusahaan perlu bertanggung jawab penuh atas dampak yang ditimbulkan dan ikut serta dalam upaya pemulihan lingkungan dan sosial.
Bencana Lumpur Lapindo merupakan pelajaran berharga tentang pentingnya pengawasan ketat terhadap kegiatan industri ekstraktif dan perlunya perencanaan yang matang dalam menghadapi risiko bencana alam. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya tanggung jawab korporasi dalam mencegah dan menanggulangi dampak negatif dari kegiatan operasional mereka.
Peristiwa Lumpur Lapindo seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia dan dunia. Pengawasan yang ketat terhadap industri ekstraktif, perencanaan mitigasi bencana yang matang, dan tanggung jawab korporasi yang tinggi sangat penting untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang. Semoga tragedi ini tidak terulang kembali dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
