Cerita Kalapas Cipinang yang Harus Berutang untuk Makan Narapidana

Menurut dia, kelebihan kapasitas berarti negara harus siap untuk ngutang. Saat ini anggaran konsumsi napi sehari Rp 18.000 per orang.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 15 Jun 2018, 21:07 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2018, 21:07 WIB
Kreativitas Para Tahanan dari Balik Jeruji LP Cipinang
Sejumlah penghuni lapas tengah melakukan kreativitas kerajinan tangan dan keterampilan di lapas Kelas IIA Narkotika Jakarta, Cipinang, Jakarta, Sabtu (9/9). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Lapas Klas I Cipinang, Slamet Prihantara menyatakan, Lapas Cipinang, Jakarta Timur memiliki masalah kelebihan kapasitas. Bahkan, dia mengaku harus berutang kepada pihak ketiga demi memenuhi kebutuhan pangan narapidana.

Dia menjelaskan, Lapas Klas I Cipinang mempunyai sekitar 360 kamar yang terbagi menjadi 3 tipe. Ada tipe 7, tipe 5, dan tipe 3.

"Satu kamar yang jelas tidak ada one man one cell, satu kamar itu tipe 3 seharusnya diisi 3 orang. Tipe 5 ya 5 orang, begitu pun tipe 7 seharusnya 7 orang," ujar Slamet.

Saat ini tercatat Lapas Cipinang dihuni 3.530 narapidana. Secara hitungan jumlah itu sudah kelebihan kapasitas. Imbasnya, satu kamar yang biasa dihuni tiga napi kini menjadi 11 napi.

"Kapasitas di sini 884 Napi. Sementara isinya hari ini adalah 3.530. Tadi sudah saya katakan bahwa kita sudah overload, itu sudah lebih dari 300 persen," terang Slamet.

Dia memaparkan, kelebihan kapasitas menimbulkan berbagai persoalan, seperti septic tank yang mampet.

"Kapasitas untuk sekitar 884 orang dalam tiga blok itu kan berarti segini, segini, dan segini. Septic tank yang tadinya hanya untuk 10 orang, sekarang untuk 50 orang," terang Slamet.

"Akhirnya hampir setiap hari saya harus minta tolong sama dinas kebersihan dalam hal bantuan mobil sedot tinja," sambung dia.

Selain itu, yang paling utama adalah makanan. Menurut dia, kelebihan kapasitas Lapas Cipinang berarti negara harus siap untuk ngutang. Saat ini anggaran konsumsi napi sehari Rp 18.000 per orang.

"Sebelumnya 884 napi, saya sudah bikin kalkulasi dana makan untuk 2.500. Saya bikin begini supaya kita tidak punya utang sama pihak ketiga. Tapi waktu itu Kementerian Keuangan bilang kapasitas 884 napi, kenapa ditulis 2.500? Nanti berarti ada mark-up? Saya ke Dirjen Anggaran, saya tarik ke sini, mereka kaget ternyata malah ada 3.530 napi," papar Slamet.

"Lha aku minta 2.500 aja kayak gitu jawabannya, gimana aku minta 3.500. Mau tidak mau akhirnya saya membuat hubungan dengan pihak ketiga, saya bilang bahwa hingga Desember nanti kemungkinan negara akan berutang sekian sekian," dia menandaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya