Mendadak Sunyi dan Gelap, Jadi Penanda Gempa Akan Guncang Lombok

Warga di Lombok meyakini, jika tiba-tiba alam mendadak sunyi, tidak ada suara hewan, bintang hilang di langit, berarti mau gempa.

oleh Sunariyah diperbarui 12 Agu 2018, 09:17 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2018, 09:17 WIB
Warga korban gempa Lombok berjaga-jaga di malam hari, khawatir gempa susulan besar terjadi.
Warga korban gempa Lombok berjaga-jaga di malam hari, khawatir gempa susulan besar terjadi. (Liputan6.com/Sunariyah)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa telah mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, lebih dari 474 kali dalam kurun waktu 2 pekan terakhir.

Dari jumlah itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, 20 gempa dirasakan, di mana 3 di antaranya berkekuatan besar hingga mencapai 7 Skala Ritcher.

Seringnya gempa membuat warga Lombok dilanda trauma mendalam. Mereka juga menjadi lebih awas dan waspada tingkat tinggi.

Sepanjang malam sejak gempa 7 SR mengguncang pada Minggu petang, 5 Agustus 2018, mereka berjaga. Mereka pun mulai mengenali gejala-gejala alam sebagai penanda akan datangnya gempa.

Seorang warga yang tinggal di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur menceritakan, punya tanda-tanda alam khusus yang mengingatkannya untuk waspada kalau gempa akan datang.

"Suara kodok, suara binatang. Jika tiba-tiba alam mendadak sunyi, tidak ada suara hewan, bintang hilang di langit berarti mau gempa," kata Puji kepada Liputan6.com, Minggu (12/8/2018).

Perempuan 27 tahun ini mengaku bisa membaca tanda-tanda alam ini dari pengalamannya diguncang beberapa gempa besar.

Di tempat pengungsiannya, di halaman rumah kakaknya yang dekat dengan sawah dan kolam ikan, alam benar-benar mengajarinya untuk peka terhadap kemungkinan bencana.

Dia mengungkapkan, saat gempa 7 SR, suara kodok dan binatang lainnya tiba-tiba lenyap beberapa saat sebelum gempa. Alam mendadak sunyi seketika. Langit menjadi sangat gelap tanpa bintang. Setelah itu, gempa pun mengguncang membuat manusia dan hewan menjerit ketakutan.

"Kami sangat senang kalau ada suara kodok, ada bintang-bintang, tenang rasanya, berarti tidak akan ada gempa," kata Puji.

Saat gempa susulan 6,2 SR yang mengguncang Kamis, 9 Agustus lalu, kondisi serupa juga terjadi sebelum gempa. Langit yang sedikit cerah tiba-tiba digelayuti awan hitam dan kabut tebal. Binatang-binatang hening tak bersuara. Saat kondisi ini, Puji dan keluarganya langsung berkumpul di tenda.

 

Suara Gemuruh di Langit

Bangunan Luluh Lantak, Korban Gempa Lombok Salat di Luar Ruangan
Korban gempa Lombok bersiap melakukan salat di sebuah ladang dekat tempat penampungan sementara di Pemenang, Lombok Utara, Jumat (10/8). (ADEK BERRY/AFP)

Tanda-tanda alam ini juga diungkapkan Alwan. Pegawai di sebuah sekolah di Lombok Timur ini mengungkapkan, sekarang banyak warga melihat langit untuk melihat tanda-tanda akan datangnya gempa.

"Setiap mau gempa, tiba-tiba kabut tebal, langit menjadi gelap. Entah dari mana datangnya itu kabut," kata Alwan.

Penanda lainnya yang diyakini warga adalah suara gemuruh dari langit yang datang sebelum gempa.

Menurut Alwan, beberapa orang yang peka, mendengar suara seperti gemuruh dari langit setiap kali akan gempa, disusul kabut tebal, dan kemudian gempa pun terjadi.

Saat ini, kata Alwan, kondisi alam di Lombok benar-benar berubah. Seharusnya pada Juli dan Agustus Lombok sedang panas-panasnya. Musim hujan biasanya mulai Oktober.

Tapi sekarang, di Lombok sering hujan, langit lebih banyak gelap, angin kencang, dan udara dingin yang kadang sampai menusuk tulang.

"Kalau sudah mau malam sampai pagi, dinginnya sampai nggak kuat, dingin seperti es. Anginnya juga lain, basah," kata Alwan.

Karena itu, warga Lombok saat ini sangat membutuhkan terpal untuk atap tenda agar tak basah oleh hujan, embun dan terhindar dari terpaan angin dingin. Warga juga membutuhkan pakaian hangat dan selimut, juga kaus kaki.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya