Menkes: Perilaku Orangtua Punya Andil Sebabkan Stunting

Orangtua dapat menekan jumlah penderita stunting bila menyadari pentingnya masa kritis yakni seribu hari kehidupan.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 16 Sep 2018, 08:35 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2018, 08:35 WIB
Menkes Nila Moeloek membuka kegiatan sosialisasi stunting (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)
Menkes Nila Moeloek membuka kegiatan sosialisasi stunting (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, tingginya kasus stunting di Indonesia dipengaruhi perilaku orangtua. Persentase penderita stunting di Indonesia jumlahnya sekitar 37.2 persen.

Artinya, dari 10 anak setidaknya ada 4 menderita stunting. Data itu diperoleh dari riset kesehatan dasar tahun 2013 silam.

"Ternyata menurut saya (faktor penyebabnya) adalah perilaku dari kita sendiri," kata dia usai melepas peserta jalan sehat di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (16/9/2018).

Stunting merupakan penyakit gizi kronis. Penyebabnya kurangnya asupan gizi memadai dalam jangka waktu panjang.

Nila mengatakan, Orangtua dapat menekan jumlah penderita stunting bila menyadari pentingnya masa kritis yakni seribu hari kehidupan. Itu berarti dari periode dalam kandungan sampai usia dua tahun.

Pada masa itu, Orangtua dapat mencegah stunting dengan memperhatikan gizi anak-anaknya.

"270 hari ditambah 730 hari merupakan masa kritis. Anak kami harus diberikan ASI esklusif atau makanan penganti yang tepat," ujar dia.

 

Gizi Seimbang

Nila menyebut orangtua mesti memberikan makanan memiliki gizi seimbang, antara lain mengandung banyak protein. Kandungan itu terdapat di daging atau ikan. Namun celakanya, masih ada orangtua yang tidak memberikan ikan.

"Katanya nanti anaknya bau amis padahal ikan itu proteinnya tinggi bagus sekali dan mudah di dapat.Dan menurut saya di bandingkan daging jauh lebih murah,"tutup dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya