PVMBG Belum Pastikan Tsunami Anyer Akibat Gunung Anak Krakatau

PVMBG menyatakan, pihaknya masih mendalami tsunami tersebut apakah ada kaitannya dengan aktivitas letusan.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2018, 12:37 WIB
Diterbitkan 23 Des 2018, 12:37 WIB
Pantai Carita Diterjang Tsunami
Warga memeriksa kerusakan rumah mereka setelah tsunami menerjang Pantai Carita, di perairan Banten, Minggu (23/12). Data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 584 orang luka-luka dan 2 orang dinyatakan hilang. (SEMI / AFP)

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum bisa memastikan gelombang tinggi atau tsunami yang melanda kawasan Pantai Anyer, Banten akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.

"Pertanyaannya apakah tsunami tersebut ada kaitannya dengan aktivitas letusan, hal ini masih perlu pendalaman karena ada beberapa alasan untuk bisa menimbulkan tsunami," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi, Wawan Irawan, di Bandung, Minggu (23/12/2018).

Berdasarkan alat perekam Badan Geologi, katanya, kondisi Gunung Anak Krakatau tidak menunjukkan gejala peningkatan secara signifikan atau sama seperti hari-hari biasanya.

Secara visual, teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1500 meter di atas puncak kawah. Demikian dilansir Antara.

Dari sisi aktivitas kegempaan, terekam gempa tremor terus menerus dengan amplitudo "overscale" 58 mm, sedangkan catatan Geologi, saat perekaman getaran tremor tertinggi yang terjadi sejak Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut, bahkan hingga tsunami.

Alasan lain yang menjadi acuan PVMBG, material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunung api masih bersifat lepas dan sudah turun saat letusan ketika itu.

"Untuk menimbulkan tsunami sebesar itu perlu ada runtuhan yang cukup besar yang masuk ke dalam kolom air laut. Dan untuk merontokan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut diperlukan energi yang cukup besar, ini tidak terdeteksi oleh seismograf di pos pengamatan gunung api," kata dia.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktifitas Gunung Anak Krakatau, saat ini lontaran material pijar dalam radius dua kilometer dari pusat erupsi, sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

Ia mengatakan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II (Waspada).

"Sehubungan dengan status Level II tersebut, direkomendasikan kepada masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius dua kilometer dari kKawah," kata dia.

Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung diharapkan tenang dan tidak mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami. Masyarakat dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Gunung Anak Krakatau Status Waspada

Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus menunjukkan aktivitasnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi (PVMBG) mencatat gunung Anak Krakatau erupsi pada Sabtu 22 Desember 2108 pukul 17.22 WIB dengan tinggi abu vulkanik mencari 1.500 meter.

Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan timur. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 58 mm dan durasi ± 5 menit 21 detik.

Terdengar suara dentuman dan dirasakan getaran dipos PGA (kaca dan pintu pos bergetar

"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada Status Level II (Waspada) dengan rekomendasi," kata PVMBG, Minggu (23/12/2018).

Masyarakat atau wisatawan diimbau tidak mendekati kawah dalam radius 2km dari kawah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya