Tsunami di Selat Sunda, Badan Geologi Cek Aktivitas Gunung Anak Krakatau

Tsunami datang bersamaan dengan gelombang tinggi pasang air laut di Selat Sunda dan menerjang kawasan di Banten dan Lampung pada Sabtu malam, 22 Desember 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2018, 06:31 WIB
Diterbitkan 23 Des 2018, 06:31 WIB
Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Geologi Kementerian ESDM segera memeriksa morfologi dan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami di Selat Sunda.

"Keterkaitan dengan tsunami ini, kami masih menduga apakah ada longsor material dari lereng Gunung Anak Krakatau atau bukan," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Suhendar kepada media melalui telekonferensi di Kantor BMK, Jakarta, Minggu dini hari (23/12/2018).

Menurut Rudy, gunung tersebut secara visual dan morfologi berkemungkinan untuk longsor karena aktivitas vulkanik. Demikian dilansir dari Antara.

Dia menambahkan, tipe letusan Gunung Anak Krakatau yang terpantau tim Badan Geologi bertipe "strombolian" atau melontarkan material vulkanis ke atas gunung.

Tim mencatat lontaran material vulkanis gunung itu bisa mencapai tinggi 1.500 meter ke atas.

"Kemudian tadi juga dilaporkan jam 21.03 WIB memang terjadi lagi letusan. Hanya karena cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual, kita tidak melihat lontaran ketinggiannya," ungkap Rudy.

Namun demikian, setiap letusan di Gunung Anak Krakatau juga dibarengi dengan lelehan lava yang turun mengikuti lereng.

Pihaknya bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memeriksa morfologi gunung itu untuk mengetahui penyebab gelombang tsunami yang bisa disebabkan karena longsoran material vulkanis di lautan.

Sebelumnya, terjadi gelombang tsunami bersamaan dengan gelombang tinggi pasang air laut di Selat Sunda yang menerjang kawasan di Provinsi Banten maupun Provinsi Lampung pada Sabtu malam, 22 Desember 2018.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

20 Orang Meninggal

Korban tsunami yang menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 sekitar 21.27 WIB terus bertambah.

"Data sementara hingga 23/12/2018 pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang, dan puluhan bangunan rusak," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan yang diterima pada Minggu (23/12/2018).

Sutopo mengatakan, data korban tsunami kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak di data.

Dia menuturkan, dari 20 orang meninggal, 165 orang luka dan 2 orang hilang, terdapat di tiga wilayah, yaitu di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan, dan Serang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya