Liputan6.com, Jakarta - DPR MPR RI menggelar perayaan hari besar Natal 2018. Bertempat di Gedung Nusantara 4, malam khidmat itu menyasar upaya kerukunan dan toleransi seluruh masyarakat Indonesia.
Sejumlah pejabat tinggi negara hadir dalam acara tersebut. Di antaranya Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD Osman Sapta Odang, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.
Ketua DPR Bambang Soesatyo menyampaikan bahwa jiwa bangsa Indonesia itu milik setiap masyarakat yang tinggal di negeri ini.
Advertisement
Untuk itu, di tahun politik, mestinya setiap orang sadar dengan sikapnya sebagai warga negara.
"Di tengah hiruk pikuk dan saling hujat di antara kita, saya ingin mengingatkan bahwa kita masih Indonesia. Kita memang Indonesia," tutur pria yang akrab disapa Bamsoet ini dalam sambutannya, Rabu (6/2/2019) malam.
"Kita berharap di luar sana para pedukung yang sedang bersaing, ingatlah bahwa yang kita hujat itu bangsa kita sendiri. Mari bersaing secara sehat, pujilah pasangan dukungan kita tanpa menghujat lawan kita," lanjut dia.Â
Bagi Bamsoet, menghadiri acara perayaan Natal itu penting demi merawat solidaritas dan menyejukkan iklim poltik yang panas.
"Seperti Gus Dur berpesan, yang lebih peting dari politik adalah kemanusiaan. Politik hanya 5 menit di bilik suara, kemanusiaan sepanjang masa," ujar Bamsoet.
Ketua DPD Oesman Sapta Odang atau OSO mengatakan, acara keagamaan lebih utama dihadiri ketimbang kegiatan partai. Terlebih, justru di masa lalu semangat persatuan tidak memandang perbedaan apapun termasuk agama.
"Kita dulu mau memperjuangkan kemerdekaan tidak ada yang tanya agamamu apa, sukumu apa, warna kulitmu apa, yang ada tekad merdeka. Jadi kita semua berjuang untuk itu. Maka tidak ada orang yang boleh mengklaim bahwa sebagian yang berjuang," kata OSO.
Â
Sambutan Ketua MPR
Senada dengan keduanya, Ketua MPR Zulkifli Hasan menilai Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi kerukunan antarmasyarakat. Sistem kenegaraan yang dianut pun demokrasi pancasila.
"Jadi kita memilih pemimpin yang terbaik di antara kita rakyat Indonesia. Ini kompetisinya friendly, oleh karena itu harusnya menggembirakan. Boleh berbeda, tapi berantem yang enggak boleh. Saya mengajak yuk kita friendly," beber Zulkifli.
Zulkifli menilai Indonesia bukan milik satu kelompok saja. Masyarakat harus ingat bagaimana para pendahulu membentuk sejarah kemerdekaan Tanah Air ini.
"Dalam memperingati Natal tahun baru ini, kita jaga Indonesia sebagaimana pendahulu kita. Kita memang beda-beda, oleh karena itu Bhineka Tunggal Ika dan sudah disepakati dari dulu. Yuk kita perkuat persatuan," Zulkifli menandaskan.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement