Wawancara Khusus Jokowi: Impian Menuju Indonesia Maju

Di tengah kesibukannya, Jokowi meluangkan waktu untuk wawancara khusus dengan tim Liputan6.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 22 Feb 2019, 17:17 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2019, 17:17 WIB
Jokowi di Semarang
Presiden Jokowi. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019. Di tengah kesibukannya, Jokowi meluangkan waktu untuk wawancara khusus dengan tim Liputan6.

Berikut ini petikan wawancara khusus dengan Jokowi:

Selamat sore Pak Jokowi. Pak Jokowi kalau lagi enggak memikirkan urusan negara ini, begini Pak cara menghilangkan pikiran bermain dengan cucu?

Ya untuk membuat pikiran segar kembali. Kalau pas cucu ke sini ya ini, main dengan Jan Ethes ini.

Pak, bagaimana membagi waktunya sih dengan sibuknya ini? Tiap hari, hampir setiap akhir pekan itu bapak saya perhatikan selalu blusukan?

Ya itu sudah menjadi tugas ya untuk kita selalu ke daerah, kemudian melihat proyek-proyek yang ada ya. Baik airport, pembangunan jalan tol, pembangunan pelabuhan, pembangunan pembangkit listrik, yang semuanya memang harus dicek agar selesainya tepat pada waktunya.

Kemudian juga bertemu dengan masyarakat untuk mendapatkan masukan, keluhan-keluhan apa yang masih perlu kita perbaiki, perlu kita tangani. Sehingga enggak ada waktu yang namanya libur, sabtu minggu terus saja. Jadi kebetulan, ada waktu kosong, pas anak-anak pada ke sini, ya bisa ketemu anak dan cucu.

Kalau Bapak tadi bilang memantau proyek, ini pulau Jawa kan sudah hampir terhubung semua dengan jalan tol ya, tahun depan itu dari Merak sampai Banyuwangi. Pak Jokowi sudah puas?

Akhir tahun ini Jakarta-Surabaya tersambung. Tahun depan Insyaallah dari Merak sampai Banyuwangi juga, kalau saya lihat lapangannya juga Insya Allah tersambung. Kalau tanya puas atau belum puas, belum.

Karena masih banyak jalan-jalan yang perlu kita sambungkan ya. Antarprovinsi dengan provinsi, kabupaten dengan kabupaten, kota dengan kota, juga konektivitas antar pulau. Yang memerlukan pelabuhan-pelabuhan, airport-airport. Saya kira masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan.

Nah terus pak jokowi kalau kangen sama Jan Ethes gimana pak karena jadwalnya terlalu padat?

Ya paling dua bulan ketemu sekali. Tapi setiap hari pasti ya kalau jam sembilan jam sepuluh malam pasti kita video call dengan Ethes.

Jadi kalau misalnya anak-anak ini mereka semua punya usaha sendiri-sendiri. Pak Jokowi ingin enggak sih kalau salah satu dari anak bapak ini bisa masuk ke dunia politik juga?

Engga. Saya tanya, saya melihat anak-anak saya masih konsentrasi di usahanya masing-masing. Dan saya senang mereka bisa mandiri, tanggung jawab terhadap kehidupannya. Sudah bisa menyekolahkan anaknya.

Bisa menghidupi keluarganya dengan, kayak Gibran menjual martabak, Kaesang menjual pisang goreng, Bobby juga membuka warung kopi. Ya saya sangat bersyukur.

Out of The Box

Pak Jokowi ini sering banget out of the box. Ide-ide seperti membuat menara kapsul waktu, itu Pak Jokowi mengambil konsep bangunannya mirip dengan markas Avangers pak. Apasih pesannya di balik itu?

Kita ingin memberikan sebuah persepsi, bahwa Indonesia dan lebih khusus lagi Papua itu mengalami proses menuju sebuah Indonesia yang maju. Sehingga ya dibangunlah Monumen Kapsul Waktu yang intinya di sini mimpi-mimpi rakyat itu ditampung di sana. Yang nanti akan kita buka di 2085. Mimpi-mimpi anak-anak sekarang untuk 2085.

Nah ini bukan hanya ada markas Avangers, tapi pidato di IMF menggunakan Game of Thrones. Ini film-film kekinian yang dipilih. Itu Mas Gibran bukan sih yang bantuin bapak membuat ide-ide seperti itu?

Ya itu kita hanya ingin menyampaikan sesuatu dengan cara sederhana tapi pesan itu sampai. Gitu saja. Jadi sesimple itu pemikiran kita. Jadi tanpa harus langsung menghajar, tapi pesan itu sampai.

Pesan apa yang ingin bapak sampaikan? Terutama saat Bapak ada di depan anak-anak muda, para penerus bangsa Pak?

Ya bahwa kompetisi yang sehat itu perlu. Tetapi kompetisi dan rivalitas, yang merusak itu harus dihindari. Ke depan yang diperlukan, sebuah negara yang diperlukan dunia ini adalah sebuah kolaborasi. Sebuah kerja sama yang semua dibutuhkan. Ekonomi diuntungkan, politik diuntungkan, masyarakat dapat manfaatnya.

Jadi ke depan hubungan negara dengan negara harus seperti itu. Jangan rivalitas, jangan kompetisi yang saling merusak. Itu berbahaya sekali bagi hubungan antarnegara.

Nah kalau tadi bapak bicara soal ekonomi. Kalau di Indonesia sendiri menurut bapak bagaimana ekonominya pak?

Ya kalau kita lihat ya tolong dibandingkan dengan negara-negara lain ya. Di tengah kesulitan ekonomi global, yang tumbuh hanya tiga setengah persen, kita bisa tumbuh 5,1 : 5,2. Ini patut kita syukuri.

Sebuah global ekonomi yang sangat sulit mampu tumbuh 5,1 rata-rata. Kemudian juga inflasinya juga rendah 3,5. Saya kira ya kita harus bersyukur karena hal seperti itu.

 

Saksikan wawancara Liputan6.com dengan Jokowi selengkapnya dalam video di bawah ini:

Wawancara Khusus dengan Jokowi:

 

 

Reporter: Dewi Larasati

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya